Jepang mencatatkan kenaikan Capital Expenditure (Capex) dalam laju tercepatnya selama lebih dari delapan tahun di kuartal Juli-September. Pencapaian ini menunjukkan kondisi ekonomi Jepang selama musim panas tak seburuk anggapan umum dan membawa USD/JPY berbalik turun.
Hari ini (1/12), Kementrian Keuangan Jepang melaporkan bahwa peningkatan 11.2 persen dalam belanja modal kuartal ketiga tahun ini meneruskan kenaikan tahunan 5.6 persen bulan April-Juni. Laporan tersebut menandai lonjakan terbesar sejak kuartal pertama 2007 lalu. Data tersebut memberikan pandangan bahwa revisi GDP yang akan dirilis 8 Desember nanti kemungkinan menunjukkan Jepang nyaris menghindari resesi, menyurutkan pandangan pesimis pada upaya pemerintah untuk membangkitkan permintaan domestiknya.
Yen sontak menguat terhadap Dolar AS setelah laporan belanja modal tersebut dirilis. Saat berita ini ditulis, pair USD/JPY diperdagangkan pada 122.74 atau turun lebih dari 0.3 persen. Hingga tadi malam, Dolar AS menunjukkan dominasinya terhadap mata uang Jepang terdorong ekspektasi kenaikan suku bunga AS dan resesi teknikal ekonomi yang melanda Jepang. Senin kemarin, data belanja ritel Jepang hanya mampu menahan gempuran greenback untuk sementara waktu.
Peningkatan laju Capex merupakan sinyal baik bagi pemerintah Jepang sebagaimana upayanya dalam merangkul perusahan-perusahaan untuk meningkatkan investasi domestik sehingga menciptakan lapangan perkerjaan baru, menaikkan standar upah dan produktivitas pekerja. Namun beberapa pakar ekonomi masih berhati-hati terhadap proyeksi ekonomi Jepang, dengan alasan bahwa perusahaan bisa dengan mudah mengekang belanja modal seperti perlambatan di China yang memukul permintaan ekspor.