Seputarforex - Pound sempat tergelincir pada perdagangan akhir pekan lalu lantaran penolakan Inggris terhadap upaya kompromi Uni Eropa terkait masalah perikanan. Akan tetapi, posisinya masih bertahan pada kisaran 1.3300 versus USD dalam perdagangan hari ini (30/November) -dekat puncak tertinggi tiga bulan. Pelaku pasar masih yakin ada peluang untuk tercapainya deal dalam perundingan dagang pasca-brexit antara Inggris dan Uni Eropa dalam waktu dekat.
Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com
Pada hari Kamis lalu, Uni Eropa menyatakan bersedia untuk menyerahkan 15-18 persen dari kuota ikan mereka bagi Inggris. Akan tetapi, London langsung menampiknya dengan alasan konsesi itu tetap mengabaikan pengakuan atas kedaulatan Inggris.
Alhasil, masalah akses penangkapan ikan di perairan Inggris masih menjadi batu sandungan utama dalam perundingan kedua pihak dan menggugurkan ekspektasi deal dalam pekan lalu. Sejumlah pelaku pasar kembali gelisah, sehingga mendorong aksi jual tipis pada Sterling. Meski demikian, ekspektasi pasar yang lebih luas masih meyakini sebuah "deal" lebih mungkin tercapai daripada "no deal". Lebih banyak pelaku pasar bertaruh pada potensi bullish GBP ketimbang potensi bearish-nya. Optimisme ini menahan Sterling pada posisinya sekarang, sekaligus memperbesar risiko gejolak yang bakal timbul seandainya perundingan berakhir nihil pada bulan depan.
"Ekspektasi dasar kami tetap deal, tetapi kami akan lebih khawatir jika tidak ada deal juga pada pekan depan. KTT Uni Eropa pada 10-11 Desember sepertinya pertemuan terakhir di mana para pemimpin Uni Eropa dapat menyepakati sebuah deal, sehingga baik Uni Eropa maupun Inggris hanya memiliki waktu yang sangat terbatas untuk mengambil keputusan," ungkap Jakob Ekholdt Christensen, kepala analis Danske Bank.
"Apa yang dapat memicu reaksi pasar lebih jelas adalah sebuah deal tentang brexit. Tetapi saat ini, sebuah kompromis saja bisa memantik reli kelegaan (pasar) pada Sterling terhadap USD dan EUR," kata Roberto Mialich, pakar strategi forex UniCredit, "Disrupsi brexit setelah Inggris meninggalkan pabean tunggal dan pasar bersama Uni Eropa pada 1 Januari masih dipandang sebagai beban besar bagi perekonomian dan mata uang Inggris."