Pada perdagangan awal pekan kemarin (22/10), AUD/USD melemah hingga ke level terendah mingguan, dan berlanjut turun sampai di sesi Asia hari Selasa (23/10) ini. Memudarnya minat risiko di kalangan investor menjadi faktor utama yang membuat AUD tertekan terhadap Dolar AS.
Dolar Australia Tak Terpengaruh Pemulihan Pasar Saham China
Pasar saham China melonjak tajam hingga mencatatkan kenaikan harian terbesar sejak 2016, menyusul munculnya tanda-tanda bahwa Pemerintah China akan mengambil langkah untuk mendukung pasar ekuitas yang terpukul. Investor hanya sedikit memperhatikan lonjakan pasar saham China tersebut, karena lebih memilih fokus pada masalah anggaran Italia dan kemelut Brexit.
Di sisi lain, AUD lebih dipengaruhi sentimen pasar karena tidak ada rilis data ekonomi berdampak tinggi pada hari ini. Dolar Australia pun secara umum bergerak melemah terhadap major currencies. Saat berita ini ditulis, pair AUD/USD melemah -0.15 persen dari harga pembukaan 0.70807 ke 0.70698.
Hal ini cukup ironis, mengingat Dolar Australia telah reli cukup menyakinkan pada minggu lalu. Kondisi tersebut turut menyita perhatian ekonom, salah satunya Ray Attrill yang menjabat sebagai Kepala Strategi FX di National Australia Bank.
"Dolar Australia gagal mendapatkan gain atas lonjakan pasar saham China, hingga AUD tidak mampu melanjutkan reli yang terjadi minggu lalu. Hal tersebut tidak terlepas dari kecurigaan investor terhadap adanya intervensi China dalam mendorong kenaikan besar pasar saham, yang mungkin akan bersifat sementara di tengah pelemahan pasar ekuitas China dalam jangka menengah. Dominasi Dolar AS menjadi alasan utama kenapa Aussie bergerak melemah," kata Attril.
Sementara itu, AUD juga melemah terhadap Yen (-0.16 persen), Yuan China (-0.33 persen), Dolar Kanada (-0.51 persen), dan Euro (-0.02 persen). Akan tetapi, Dolar Australia masih bisa menguat 0.42 persen terhadap Sterling dan naik 0.87 persen terhadap NZD.