Seputarforex.com - Poundsterling turun drastis hingga 1.5 persen di sesi perdagangan Jumat (21/Sep) malam ini, dan menuju ke penurunan harian terbesarnya terhadap Dolar AS. Hal ini terjadi setelah PM Inggris Theresa May menanggapi penolakan Uni Eropa terhadap proposal Brexit-nya.
May: Negosiasi Dengan Uni Eropa Buntu
Setelah proposal Brexit terbaru Inggris ditolak oleh Uni Eropa, Theresa May mengatakan bahwa pembicaraan dengan Uni Eropa menemui jalan buntu dan rencana baru perlu dibuat. PM Inggris tersebut menyampaikan kekecewaannya, dengan mengatakan bahwa para pemimpin Uni Eropa seharusnya menghormati Inggris dengan tidak melakukan penolakan begitu saja, tanpa memberikan alasan dan alternatif baru.
Salah satu permasalahan terbesar dalam negosiasi ini adalah masalah perbatasan Irlandia. Uni Eropa dan Inggris masih belum menemukan titik tengah tentang bagaimana memastikan aturan pasca Brexit, mengenai polemik perbatasan antara Irlandia Utara yang menjadi bagian dari Inggris, dengan Irlandia yang masih menjadi bagian dari Uni Eropa.
Kejatuhan Poundsterling Adalah Peringatan Bagi Trader
Setelah laporan tersebut, GBP/USD jatuh tersungkur dari level 1.3265 ke level 1.3070 hanya dalam waktu kurang dari sehari. Penurunan ini sangat ironis dengan kondisi GBP/USD minggu lalu, yang mengalami kenaikan ke level tinggi dua bulan.
Oleh sebab itu, para analis memperingatkan jika hal ini merupakan bukti bahwa Poundsterling sangat rentan terhadap kabar tentang Brexit. Memburuknya kelangsungan negosiasi berarti penghapusan penguatan bagi Poundsterling. Ditambah lagi, negosiasi Brexit akan mencapai deadline pada bulan Maret 2019.
Risiko No Deal Meningkat Lagi
Berbagai optimisme Brexit yang muncul pekan lalu seolah lenyap tanpa bekas. Kondisi ini dimulai sejak hari Kamis kemarin, ketika Uni Eropa mengeluarkan peringatan bahwa May harus memberi detail perdagangan dan isu perbatasan dengan Irlandia paling lambat bulan November.
"Terlepas dari apakah nantinya masalah ini akan berakhir sepakat ataukah No Deal, yang jelas risiko-risiko dari No Deal kembali bangkit," kata Sarah Hewin, Kepala Ekonom Standard Chartered Eropa.
"Pasar masih mengambil pandangan bahwa hasil akhir yang paling mungkin adalah sepakat. Untuk saat ini, (Sterling) tampaknya akan berubah arah setiap hari, setiap jam, dan setiap (ada) kabar penting. Akan tetapi, isu fundamentalnya masihlah sama."