EUR/USD 1.081   |   USD/JPY 151.210   |   GBP/USD 1.264   |   AUD/USD 0.651   |   Gold 2,210.98/oz   |   Silver 24.99/oz   |   Wall Street 39,760.43   |   Nasdaq 16,403.52   |   IDX 7,288.81   |   Bitcoin 69,455.34   |   Ethereum 3,500.12   |   Litecoin 93.68   |   Pound Sterling menghadapi tekanan di tengah kuatnya penurunan suku bunga BoE, 6 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Menurut analis ING, EUR/USD berpotensi menuju 1.0780 atau mungkin 1.0750 di bawah Support 1.0800. , 6 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF naik ke dekat level 0.9060 karena penghindaran risiko, amati indikator utama Swiss, 6 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD menarget sisi bawah selanjutnya terletak di area 1.2600-1.2605, 6 jam lalu, #Forex Teknikal   |   BEI tengah merancang aturan tentang Liquidity Provider atau penyedia likuiditas untuk meningkatkan transaksi pada saham-saham di papan pemantauan khusus, 12 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meraup pendapatan usaha sebesar $1.70 miliar pada tahun 2023, 12 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) siap memasok 120,000 ton semen curah dalam satu tahun untuk memenuhi kebutuhan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, 13 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.1% menjadi 5,304, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,485 pada pukul 19:16 ET (23:16 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 40,119, 13 jam lalu, #Saham Indonesia

Notulen FOMC September Risau Inflasi, Dolar AS Anjlok Lagi

Penulis

Notulen Rapat FOMC bulan September yang baru dirilis tadi malam, gagal menopang Dolar AS meski tak mengusik kemungkinan kenaikan suku bunga.

Seputarforex.com - Notulen Rapat FOMC bulan September yang baru dirilis tadi malam, gagal menopang Dolar AS dan justru melemahkan mata uang adidaya dunia ini terhadap mata uang mayor lainnya. Meskipun tak mengusik probabilitas kenaikan suku bunga di akhir tahun, notulen tersebut mengungkap kekhawatiran anggota rapat kalau-kalau kondisi inflasi rendah akan berlangsung lama.

Dolar AS Anjlok Lagi

 

Cemas Akan Inflasi AS Dan Korea Utara

Dalam Notulen Rapat FOMC bulan September, terungkap bahwa mayoritas pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/FED) masih memproyeksikan adanya kenaikan suku bunga tahun ini, karena diperkirakan takkan ada guncangan yang membuat perekonomian "keluar jalur". Mereka juga menilai gaji pegawai masih akan terus meningkat.

Namun demikian, pada risalah tersebut disebutkan pula bahwa banyak pejabat FED khawatir kalau inflasi rendah ini tidak sementara. Bahkan, beberapa diantaranya menginginkan kenaikan suku bunga ditunda hingga inflasi beranjak lebih tinggi.

"Banyak peserta (rapat) mengekspresikan kemasygulan kalau pembacaan inflasi rendah tahun ini boleh jadi merefleksikan...dampak perkembangan yang bisa terbukti lebih persistent, dan dicatat bahwa dibutuhkan kesabaran dalam menghapus kebijakan akomodatif sembari menaksir tren inflasi," demikian dipaparkan FED dalam notulen.

Akibatnya, menurut Kathy Lien dari BK Asset Management, meski Fed Fund Futures bergeming pasca rilis Notulen Rapat FOMC bulan September, tetapi kalimat tadi membuat para trader mata uang dan obligasi menjadi ragu. Lebih lanjut, menurutnya, "Pada pekan di mana ketegangan (dengan) Korea Utara mencegah Dolar reli, kurangnya nada hawkish dalam notulen FOMC hanyalah alasan yang dibutuhkan oleh trader Forex untuk mendorong Dolar lebih rendah."

Kemarin, Menlu Korut Ri Yong-Ho mengatakan, Donald Trump "telah menyalakan sumbu perang" dan "kita perlu menentukan skor akhir hanya dengan api membara, bukan kata-kata". Sehingga ke depan, pelaku pasar kemungkinan akan terus memperhatikan perkembangan dari semenanjung Korea, di samping juga menantikan sejumlah data ekonomi penting dari Amerika Serikat.

 

JOLTs Mengecewakan

Sementara itu, data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTs) terbaru juga mengecewakan. JOLTs yang menjadi barometer permintaan tenaga kerja di pasar AS, menunjukkan penurunan di bulan Agustus dengan pencapaian hanya 6.082 juta, di bawah ekspektasi 6.125 juta. Data periode sebelumnya pun direvisi turun ke 6.140 juta.

Menanggapi situasi ini, indeks Dolar AS (DXY) ditutup merosot dua hari berturut-turut kemarin ke 92.898 dari 93.290 di hari sebelumnya. Saat berita ditulis pada Kamis pagi ini (12/Oktober), indeks Dolar masih melandai ke kisaran 92.866. Pasangan mata uang EUR/USD melonjak ke 1.1868, tertinggi sejak 26 September. Pasangan USD/JPY menurun ke 112.39, juga di kisaran level terendah sejak akhir bulan lalu.

280550
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.