Kalau kita kaji masalah terdahulu, banyak sekali masalah tentang moneter termasuk krisis-krisis moneter yang sempat terjadi. Masih ingat kasus krisis moneter 1997 lalu di Indonesia? Rasanya bikin hancur negara ini. Namun tahukah Anda penyebab krisis moneter yang bisa merebak ke berbagai sektor tersebut?
Perubahan ekonomi yang terjadi secara cepat tersebut mengarah pada turunnya nilai tukar mata uang dan harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi. Krisis ekonomi dapat melanda suatu negara apabila perubahan perekonomian sudah tidak dapat dibendung lagi. Contohnya, krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 memporak-porandakan perekonomian global. Tidak memandang perekonomian negara berkembang ataupun negara maju. Walaupun krisis ini lebih populer dikenal dengan sebutan "Krisis Asia", tetapi tidak hanya negara Asia saja yang terkena dampaknya.
Krisis moneter dimulai dari gejala/kejutan keuangan pada Juli 1997, menurunnya nilai tukar rupiah secara tajam terhadap dolar Amerika serikat merupakan pencetus/trigger poin-nya. Meskipun tidak ada depresiasi tajam Rupiah terhadap Baht (mata uang Thailand), krismon tetap terjadi di Indonesia. Kenapa? Karena gejolak sosial dan politik Indonesia yang memanas. Oleh karena itu penyebab krismon 1998 bisa dikatakan merupakan campuran dari unsur-unsur eksternal dan domestik.
Sehebat dan secanggih apapun sektor valas, pada dasarnya merupakan fasilitator bagi sektor real. Selanjutnya, kita akan melakukan analisis tentang dampak krisis ekonomi bagi Indonesia. Penyebab krisis ekonomi menurut identifikasi para pakar :
- Kesenjangan produktifitas yang erat berkaitan dengan lemahnya alokasi aset ataupun faktor-faktor produksi.
- Jebakan ketidak seimbangan yang berkaitan dengan ketidakseimbangan struktur antar sektor produksi.
- Ketergantungan pada utang luar negeri yang berhubungan dengan perilaku para pelaku bisnis yang cenderung memobilisasi dana dalam bentuk mata uang asing.
Berikut ini 4 Penyebab Krisis Ekonomi Indonesia tahun 1997-1998:
Pertama
Stok utang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek, telah menciptakan kondisi yang tidak stabil. Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan (bahkan cenderung mengabaikan) para menteri di bidang ekonomi maupun masyarakat perbankan sendiri, dalam menghadapi besarnya serta persyaratan utang swasta tersebut.
Kedua
Terkait erat dengan masalah di atas, adalah banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah utang swasta eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.
Ketiga
Sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan ekonomi pula.
Keempat
Perkembangan situasi politik telah makin menghangat akibat krisis ekonomi, dan pada gilirannya memperbesar dampak krisis ekonomi itu sendiri.
Untuk mengatasi dilema fundamental ini diperlukan suatu konsensus politik secara nasional, yang berfokus pada pilihan politik untuk merekonsiliasikan keperluan penyelesaian secara tuntas terhadap masalah-masalah dari masa lalu, dengan kepentingan bangsa dan negara untuk maju ke depan didukung oleh semua pihak.
Dengan adanya konsensus politik secara nasional, barulah kita dapat menyusun suatu Program Nasional untuk cepat keluar dari krisis dan mulai memulihkan kembali Pertumbuhan Ekonomi Nasional yang mampu memberantas pengangguran, kemiskinan, kebodohan, dan Utang Nasional. Sebab di situlah letak kepentingan mendesak dari ekonomi rakyat.
Setujukah Anda mengenai ulasan di atas? Sampaikan pendapat Anda pada kotak post di bawah ini.