Perekonomian Australia berekspansi dalam laju yang lebih lambat pada kuartal kedua kemarin. Rabu (03/09) pagi ini, tingkat GDP Australia yang dilaporkan oleh Biro Statistik Australia, mengalami kemajuan sebanyak 0.5 persen terhitung sejak tiga bulan yang lalu. Pada kuartal sebelumnya, GDP Australia melaju 1.1 persen.
Data tersebut juga menggarisbawahi adanya perbedaan outlook kebijakan antara Bank Sentral Australia (RBA) dan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Dimana, The Fed diekspektasikan akan mengetatkan kebijakan moneternya, sedangkan RBA masih berkutat pada tingkat suku bunga acuan yang rendah.
Gara-Gara Dolar Australia
Australia saat ini tengah limbung akibat memudarnya investasi pertambangan yang menjadi andalannya dalam melewati krisis finansial. Ditambah lagi dengan kuatnya nilai tukar Dolar Australia, sehingga memaksa RBA untuk berusaha melemahkannya.
Menurut Paul Bloxham, Kepala ekonom Australia di HSBC Holdings Plc di Sydney, data tersebut merefleksikan bahwa jatuhnya harga komoditas berkombinasi dengan level nilai Dolar Australia yang terlampau tinggi. Bloxham yang mengungkapkan hal tersebut kepada Bloomberg sebelum laporan dirilis, menambahkan bahwa saat ini, yang memperlambat penyeimbangan perekonomian dan menghambat income pertumbuhan adalah kuatnya Dolar Australia.
Setelah laporan tersebut, Aussie pun melemah terhadap Greenback untuk diperdagangkan di kisaran 0.9270 dari pada pukul 11:43 pagi waktu Sydney, dari 0.9283 sebelum laporan dirilis.