Minat risiko pasar merosot dalam perdagangan hari ini (12/Agustus), sementara pergerakan pasar cenderung minim karena liburan bursa Jepang dan Singapura. Ketegangan antara Amerika Serikat dan China kembali menjadi sorotan utama. Indeks Dolar AS (DXY) menanjak 0.5 persen ke kisaran 97.52 terutama karena pelemahan mata uang komoditas, sementara USD/JPY mencetak rekor terendah baru tahun ini pada kisaran 105.18.
Grafik USD/JPY Daily via Tradingview.com
Tadi pagi, People's Bank of China (PBOC) menentukan nilai tukar referensi tengah harian untuk Yuan sebesar 7.0211 per Dolar AS. Angka tersebut lebih lemah dibandingkan referensi hari Jumat, tetapi lebih kuat dibandingkan ekspektasi pasar. Namun, meski stabilisasi Renminbi terus berlanjut, konflik AS-China justru menemui batu sandungan baru.
Pada hari Jumat, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa pihaknya tidak siap untuk membuat kesepakatan apapun pada saat ini, walaupun Washington akan terus melanjutkan perundingan dengan Beijing. Sebagian pelaku pasar menilai komentar ini sebagai sinyal bahwa upaya perundingan AS-China sudah bubar.
Pekan lalu, Goldman Sachs mengungkapkan perkiraan bahwa AS-China tidak akan mencapai kesepakatan apapun sebelum pemilu presiden 2020. National Australia Bank (NAB) juga memangkas estimasi untuk sederetan mata uang mayor, karena memperkirakan "tak ada hal positif yang akan terjadi" terkait perdagangan, setidaknya hingga awal 2020. NAB memproyeksikan Dolar AS akan tetap kokoh; tetapi Aussie, Kiwi, dan Euro bakal melemah.
Dalam sepekan ke depan, acuan referensi nilai tukar Yuan kemungkinan masih diperhatikan oleh pelaku pasar, selain sejumlah rilis data ekonomi penting. Simposium tahunan Federal Reserve di Jackson Hole juga bakal dinantikan, karena pelaku pasar akan mencari klarifikasi mengenai proyeksi pemangkasan suku bunga Fed hingga 100 basis poin dalam beberapa bulan ke depan.