Seputarforex - Pada hari Senin (17/Januari), Kantor Kabinet Jepang merilis data pesanan mesin yang naik 3.4 persen pada bulan November. Meski sedikit menurun dibandingkan kenaikan bulan sebelumnya, tetapi angka ini masih mengungguli forecast kenaikan 1.4 persen.
Dalam basis tahunan, data pesanan mesin sukses melonjak dari 2.9 persen menjadi 11.6 persen secara tahunan (Year-over-Year) pada bulan November. Angka ini berhasil melampaui ekspektasi kenaikan 6.1 persen.
Data pesanan mesin Jepang yang terbilang cukup impresif pagi ini didukung oleh permintaan pasar internasional yang semakin solid. Perlu diketahui, data pesanan mesin menjadi salah satu indikator untuk mengukur belanja modal perusahaan dan industri Jepang yang berimbas pada GDP.
Perusahaan Jepang hingga kini masih cenderung berhati-hati dalam melakukan pengeluaran karena masalah biaya produksi yang sebelumnya dipicu oleh lonjakan harga bahan baku, bahan bakar, dan biaya distribusi. Faktor-faktor tersebut telah menyebabkan terjadinya kenaikan inflasi produsen dan menekan margin keuntungan perusahaan.
Terlepas dari berbagai hambatan yang masih menggelayuti sektor industri Jepang, data pesanan mesin Jepang pagi ini semakin menambah bukti bahwa perekonomian terus membaik setelah mengalami kontraksi pada kuartal ketiga. Para pakar memperkirakan jika ekonomi Jepang akan rebound hingga 6.5 persen secara tahunan pada kuartal keempat 2021, didukung oleh meningkatnya proyeksi konsumsi swasta yang menyumbang lebih dari setengah GDP Jepang.
USD/JPY Berusaha Bangkit
Dolar AS berbalik menguat terhadap Yen pada perdagangan Asia awal pekan ini. Pair USD/JPY bergerak di kisaran 114.32, menguat 0.16 persen dari harga Open harian. Secara teknikal, Dolar AS berusaha memangkas kerugian dari penurunan yang terbentuk sepanjang pekan lalu.
Terlepas dari data ekonomi AS dan Jepang, analis menilai jika pergerakan bearish Dolar saat ini berkaitan dengan prospek Quantitative Tightening yang berpotensi memudarkan urgensi kenaikan suku bunga The Fed. Sekalipun demikian, sikap hawkish The Fed secara umum diyakini masih menopang posisi Greenback dalam jangka menengah.
