Glenn Stevens, Gubernur Bank Sentral Australia (RBA), pada hari Rabu (09/Agustus) siang tadi memberikan pidato terakhirnya sebagai gubernur bank sentral sebelum melepas masa jabatannya bulan depan setelah mengabdi selama 10 tahun.
Maksimalkan Peran Kebijakan Fiskal
Dalam pidato-pidato sebelumnya, Stevens selalu memberikan peringatan tegas tentang risiko-risiko politik terhadap reformasi ekonomi dan kebijakan. Namun pada hari ini, ia memilih menggunakan kesempatan terakhirnya berbicara sebagai gubernur RBA untuk menekankan kebutuhan akan realisme dan tingkat kondisi terkait apa yang dapat dicapai oleh kebijakan moneter.
Walaupun pemotongan suku bunga masih memberikan sejumlah dampak, yakni meningkatkan semangat peminjan untuk meminjam lebih banyak, namun ada kemungkinan dampak positif tersebut memudar seiring waktu.
"Permasalahannya sekarang adalah, ada batasan dalam ekspektasi seberapanya pihak yang sudah mengambil pinjaman untuk meminjam (uang) lebih banyak lagi," kata Stevens.
Pemerintah masih memiliki ruang yang lebih besar untuk meminjam dan berbelanja dibandingkan dengan ruang yang dimiliki oleh sektor swasta, dimana saat ini, pemerintah baru mengambil 40 persen dari GDP dari jatah 125 persen yang dimiliki.
"Namun, saya tidak bermaksud untuk menyarankan (agar pemerintah) meningkatkan defisit keuangan dari belanja pemerintah," kata Stevens.
Dunia Dalam Cengkeraman Kebijakan Moneter Ultra-Longgar
Di samping itu, Gubernur RBA tersebut juga mengulangi kritik-kritik sebelumnya tentang negara-negara maju yang sudah terlalu mengandalkan kebijakan moneter ultra longgar untuk mendorong pertumbuhan, dengan mengatakan bahwa dirinya telah melakukan peninjauan serius tentang seberapa lama kebijakan moneter dapat diandalkan oleh negara-negara yang menerapkan kebijakan moneter longgar tersebut.
Sore ini, AUD/USD nampak masih menghimpun kenaikan dibandingkan dengan sesi perdagangan sebelumnya. AUD/USD naik 0.27 persen ke angka 0.7694, level tertinggi sejak tanggal 3 Mei.