Pound tergelincir sekitar 0.3 persen ke kisaran 1.2290-an Dolar AS pada awal perdagangan sesi Eropa hari ini (6/September) di tengah tarik-ulur politik Inggris. Pidato PM Boris Johnson kemarin gagal memberikan arahan yang jelas bagi masa depan Inggris, sehingga reli Sterling tertunda untuk sementara waktu. Saat berita ditulis, Pound juga melemah versus Yen Jepang dan Euro.
Pada hari Kamis, PM Boris Johnson mengatakan, "Saya lebih baik mati di selokan daripada harus meminta Uni Eropa kembali menunda Brexit."
Komentar tersebut disampaikannya guna menanggapi langkah parlemen Inggris merilis legislasi khusus untuk memaksa pemerintah mengajukan perpanjangan deadline brexit yang sedianya jatuh pada tanggal 31 Oktober mendatang. Dalam pidatonya, Johnson menghimbau agar rencananya menggelar pemilu dini didukung oleh partai-partai oposisi.
Meski demikian, partai Labour mengonfirmasi secara resmi bahwa mereka tidak akan mendukung penyelenggaraan pemilu dini. Pimpinan partai SNP juga menegaskan, takkan membiarkan Johnson menentukan waktu pemilu karena "Kami tak mempercayai dia". Partai-partai oposisi secara umum sepakat tidak akan menyetujui penyelenggaraan pemilu dini sebelum tanggal 31 Oktober, atau setidaknya sebelum legislasi anti No-Deal Brexit resmi dibukukan.
House of Commons dijadwalkan melakukan voting mengenai masalah pemilu dini pada hari Senin. Pada hari yang sama, legislasi anti No-Deal Brexit juga diharapkan akan disahkan oleh House of Lords.
"Pekan ini (kita) telah menyaksikan peluang No-Deal Brexit pada tanggal 31 Oktober berkurang secara signifikan, dan ini telah mendukung Pound. Namun, kenaikan Pound dari sini tampaknya akan terbatas," kata Lee Hardman, analis mata uang di MUFG London.
Seandainya pemilu dini benar-benar diadakan, para pakar politik mensinyalir Partai Konservatif belum tentu akan menang. Padahal, probabilitas kemenangan partai Labour dipandang negatif oleh investor, karena arah kebijakan ekonominya dinilai anti-pasar. Media massa melaporkan peningkatan pendaftaran pemilih baru berusia muda (yang umumnya anti-brexit) dalam jumlah besar beberapa hari ini, seiring dengan meningkatnya probabilitas pemilu dini. Sementara itu, sejumlah anggota parlemen senior dari partai Konservatif menyatakan takkan mencalonkan diri lagi dalam pemilu yang akan datang, karena memiliki pandangan yang bertentangan dengan Johnson.