EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,099.51   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 17 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 17 jam lalu, #Saham AS

PMI Manufaktur China Perpanjang Kontraksi Karena Perang Dagang

Penulis

Meskipun mengalami kenaikan tipis, sektor Manufaktur China sejatinya masih berada di zona kontraksi yang sudah terjadi sejak beberapa bulan terakhir.

Pada hari Rabu (31/Juli), Departemen Statistik China merilis data aktivitas sektor Manufaktur bulan Juli yang masih terjebak di teritori negatif pada level 49.7. Meski sedikit lebih baik ketimbang level bulan sebelumnya yang mencapai 49.4, angka PMI Manufaktur China bulan ini masih berada di bawah 50.

Perlu diketahui, level 50 merupakan batas antara zona ekspansi dan kontraksi dalam pembacaan angka PMI Manufaktur. Jika pencapaian data masih di bawah 50, itu artinya PMI Manufaktur China masih terkontraksi. Pada grafik di bawah ini, terlihat bahwa kontraksi PMI Manufaktur China sudah berlangsung selama 3 bulan berturut-turut.

PMI Manufaktur China Perpanjang

Memburuknya permintaan global yang semakin diperparah oleh dampak perang dagang dengan AS, membuat eksportir China menemui hambatan besar. Kondisi ini tampak dari sub indeks pesanan ekspor yang menyusut untuk bulan ke-14 secara beruntun. Perang dagang AS-China memang telah memukul perekonomian kedua negara ekonomi terbesar dunia ini dalam beberapa bulan terakhir. Di saat yang sama, upaya kedua belah pihak untuk menyelesaikan sengketa dagang masih terus digalakkan.

Sementara itu, sub indeks output pabrik China terlihat lebih optimis dengan naik dari angka 51.3 menjadi 52.1. Sedangkan sub indeks ketenagakerjaan masih berada di zona negatif, meski sedikit menguat dari perolehan di bulan sebelumnya.

 

China Butuh Stimulus Ekonomi Lanjutan

Rilis data Manufaktur China bulan Juli yang dirilis hari ini dapat memicu kekhawatiran terhadap potensi resesi global. Hal ini seolah menjelaskan mengapa bank-bank sentral di seluruh dunia telah bergeser ke bias pelonggaran, termasuk Bank Sentral AS, The Fed.

Pengamat dari China mengatakan bahwa langkah-langkah pemerintah dalam upaya menggenjot perekonomian membutuhkan waktu lebih lama untuk menyaring ekonomi secara lebih luas. Itu artinya, efek secara menyeluruh dari pengucuran stimulus yang dilakukan pemerintah Beijing tidak bisa terlihat dalam waktu dekat. Beberapa analis berpandangan bahwa stimulus ekonomi lebih lanjut diperlukan untuk mencegah penurunan lebih dalam dan menstabilkan pertumbuhan.

 


Selain berita di atas, Anda juga bisa mendapatkan kumpulan berita dan analisa terhangat untuk melengkapi kebutuhan trading, yang kami hadirkan langsung di email Anda. Silahkan subscribe Newsletter kami di sini.

289457
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.