Pada hari Selasa (31/Desember), Departemen Statistik China merilis data PMI Manufaktur bulan Desember yang berada di angka 50.2. Meski tidak ada perubahan dari periode sebelumnya, tapi angka tersebut masih lebih baik ketimbang forecast ekonom yang memprediksi penurunan ke level 50.1.
Rilis data PMI Manufaktur China di penghujung tahun bisa dikatakan cukup memuaskan karena sukses bertahan di jalur ekspansi selama dua bulan berturut-turut. Sebelumnya, sektor ini terjebak di zona kontraksi selama enam bulan beruntun. Perlu diketahui bahwa pembacaan level di atas 50 menunjukkan terjadi ekspansi, sedangkan di bawah level tersebut mencerminkan adanya penyusutan atau kontraksi.
Aktivitas pabrik yang kembali bergairah di bulan Desember sebagian besar dipicu oleh peningkatan produksi. Di samping itu, sub indeks pesanan ekspor baru (new export orders) yang mencatat kenaikan untuk pertama kalinya sejak Mei 2018 diyakini turut mendukung sektor manufaktur China di akhir tahun 2019.
Sektor Jasa Justru Melambat
Selain rilis PMI Manufaktur, Departemen Statistik China juga mempublikasikan data PMI Jasa yang turun dari 54.4 menjadi 53.5 di bulan Desember. Pencapaian tersebut berada di bawah ekspektasi pasar yang memprediksi penurunan terbatas di 54.2. Kendati mengalami penurunan bulanan, sektor Jasa China sejatinya masih berada di jalur ekspansi yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Pemerintahan China selama ini memang sangat mengandalkan sektor jasa untuk mengimbangi kemerosotan yang terjadi pada sektor manufaktur. Perang dagang berlarut-larut sejak 2018 terbukti memukul telak perekonomian domestik.
Fokus pelaku pasar selanjutnya akan tertuju pada rencana penandatanganan perjanjian dagang AS-China fase pertama yang dijadwalkan pada bulan Januari 2020. Apabila deal dagang ini benar-benar resmi diteken oleh kedua belah pihak, maka akan menjadi sentimen positif yang setidaknya dapat mengurangi dampak kemerosotan perekonomian global akibat perang dagang selama ini.