EUR/USD 1.082   |   USD/JPY 151.420   |   GBP/USD 1.263   |   AUD/USD 0.653   |   Gold 2,188.79/oz   |   Silver 24.68/oz   |   Wall Street 39,760.08   |   Nasdaq 16,399.52   |   IDX 7,252.55   |   Bitcoin 69,455.34   |   Ethereum 3,500.12   |   Litecoin 93.68   |   BEI tengah merancang aturan tentang Liquidity Provider atau penyedia likuiditas untuk meningkatkan transaksi pada saham-saham di papan pemantauan khusus, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meraup pendapatan usaha sebesar $1.70 miliar pada tahun 2023, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) siap memasok 120,000 ton semen curah dalam satu tahun untuk memenuhi kebutuhan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.1% menjadi 5,304, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,485 pada pukul 19:16 ET (23:16 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 40,119, 6 jam lalu, #Saham Indonesia

Pound Selip, Rebound GDP Inggris Kurang Memuaskan

Penulis

GDP Inggris menunjukkan kenaikan pada bulan Mei. Namun, kenaikan tersebut tidak cukup memadai untuk mengembalikan perekonomian ke tingkat pra-lockdown.

Seputarforex - Poundsterling melemah versus Pound, Yen, dan Greenback seusai rilis data GDP Inggris bulan Mei 2020. Pasangan mata uang GBP/USD terduduk pada level 1.2535-an saat berita ditulis, melanjutkan kemerosotan yang terjadi pada sesi sebelumnya. Pasalnya, pemulihan ekonomi negeri yang beribukota di London ini dianggap terlalu lamban.

GBPUSD DailyGrafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

UK Office for National Statistics (ONS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Inggris naik 1.8 persen pada bulan Mei 2020. Ini artinya, GDP Inggris masih 24.5 persen lebih rendah dibandingkan posisinya pada bulan Februari (sebelum dampak pandemi menghantam perekonomian akibat lockdown yang diberlakukan mulai 23 Maret 2020).

"Pendirian perumahan dan manufaktur menunjukkan sinyal pemulihan karena staf sejumlah perusahaan kembali bekerja. Meski demikian, perekonomian masih seperempat kali lipat lebih rendah pada bulan Mei daripada pada Februari, sebelum efek penuh pandemi memukul (perekonomian)," ungkap Jonathan Athow dari ONS, "Di sektor jasa yang sangat penting, kami menyaksikan sejumlah kenaikan pada ritel yang mencatat penjualan online mencapai rekor baru. Namun, dengan pembatasan lockdown terus diberlakukan, banyak sektor jasa tetap lesu, bahkan sejumlah bidang mengalami kemerosotan lanjutan."

Para ekonom berharap data bulan Juni bakal menampilkan pemulihan yang lebih signifikan. Akan tetapi, GDP Inggris kemungkinan belum akan kembali seperti masa pra-lockdown selama lembaga pendidikan masih ditutup dan skema insentif pemerintah bagi perusahaan-perusahaan yang merumahkan karyawannya terus diberlakukan. Apalagi konsumen Inggris enggan beraktivitas di tengah pandemi.

Samuel Tombs dari Pantheon Macroeconomics mengatakan, "Dengan survei menunjukkan rumah tangga masih sangat takut terkena virus, aturan social-distancing kemungkinan membatasi konsumsi sektor jasa hingga musim gugur ketika semua orang divaksinasi dan perusahaan-perusahaan memecat karyawan yang dirumahkan (karena program insentif pemerintah berakhir -red). Kami memperkirakan GDP masih akan berada sekitar 5 persen di bawah tingkat pra-COVID hingga akhir tahun ini."

Berikutnya, pelaku pasar bakal memantau data penjualan ritel Inggris Raya dan negosiasi perdagangan Inggris-Uni Eropa dalam pekan ini. Negosiasi perdagangan secara khusus menyimpan potensi eksplosif apabila kedua kubu mendadak berhasil mencapai kesepakatan, atau justru sebaliknya, lagi-lagi mengakhirinya lebih dini tanpa kemajuan apa-apa seperti putaran perundingan sebelumnya.

Download Seputarforex App

293236
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.