iklan | iklan |
Seputarforex - Pound merosot lebih dari satu persen terhadap Dolar AS dan Euro pada sesi perdagangan Selasa (28/September) malam ini. EUR/GBP melesat hingga 1.13% ke 0.8629, level tertinggi sejak tanggal 21 Juli. Sementara itu, GBP/USD turun 1.28% ke 1.3526, level terendah sejak Januari 2021.
Kenaikan yield obligasi US Treasury pasca rapat FOMC The Fed menjadi faktor utama yang melatarbelakangi pergerakan pasar pekan ini. Hal ini mendukung bullish Dolar AS terhadap mata uang mayor lain termasuk Poundsterling.
Yield obligasi AS bahkan terus menguat di atas 1.54%, meskipun testimoni Ketua The Fed Jerome Powell malam ini menyoroti kekurangan dalam sektor ketenagakerjaan. "Hari ini adalah harinya US Treasury, dengan kenaikan yield sejak awal (sesi) pedagangan, sehingga menempatkan seluruh (mata uang) G10 di bawah tekanan," demikian komentar analis Monex Europe, Simon Harvey.
Krisis Energi Ancam Pertumbuhan Ekonomi Inggris
Tak hanya yield obligasi AS, yield obligasi 10-tahunan Inggris pun menanjak ke level tertinggi sejak pandemi, yakni di atas 1%. Namun, hal itu tidak mendukung Pound lantaran krisis bahan bakar dan energi pasca dicabutnya kebijakan lockdown di Inggris.
Saat ini, Inggris tengah menghadapi kenaikan harga bensin dan energi karena dampak kenaikan harga gas di Eropa. Lonjakan tagihan listrik dan gas sebagian warga bahkan mencapai 250%. Berbagai spekulasi penyebabnya pun bermunculan; mulai dari kekurangan pasokan karena tingginya permintaan, hingga isu manipulasi yang dilakukan Gazprom Rusia. Yang jelas, kenaikan harga energi dapat mengarah pada risiko pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang meroket.
Hal itu pada gilirannya juga dapat memicu bank sentral untuk menaikkan suku bunga. Pasalnya, BoE harus memastikan bahwa kenaikan inflasi tidak mengakar dalam jangka menengah, seperti yang diutarakan oleh Gubernur Bank of England Andrew Bailey pada hari Senin kemarin.
"Pound mengalami pelemahan yang parah hari ini karena krisis energi yang sedang berlangsung," kata Charles Purdy, CEO Smart Currency Exchange. "Masalahnya bukan sekedar soal kurangnya stok bensin di banyak SPBU, tetapi kenaikan harga secara gila-gilaan ini menyebabkan kekhawatiran akan kenaikan inflasi dan perlambatan ekonomi."