iklan |
iklan |
Beberapa investor Telegram Open Network (TON) dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menarik diri dari proyek tersebut. Kabar ini dilaporkan oleh kantor berita Rusia TASS, di mana Yakov Barinsky, kepala bank investasi kripto dari Hash CIB, mengungkapkan bahwa setidaknya ada sepuluh investor tengah mempertimbangkan untuk menarik 72% dana investasi mereka dari token Gram.
"Sangat banyak, saya telah berbicara setidaknya dengan 10 investor, yang cenderung ingin menarik 72% dari dana yang diinvestasikan. Mengingat apa yang terjadi di pasar keuangan saat ini, penawaran ini tampak jauh lebih baik daripada penawaran di bulan Oktober," terang Barinsky.
Dipicu Keputusan SEC
Memudarnya keyakinan investor terjadi setelah pengadilan AS menyetujui langkah Securities and Exchange Commissions (SEC), yang mengajukan perintah darurat di saat Telegram tengah bersiap mendistribusikan token Gram kepada investornya. Hal ini pun berbuntut pada penghentian distribusi token Gram atas putusan pengadilan AS.
Sebelum itu, perusahaan pemilik aplikasi messenger ini dilaporkan telah berhasil mengumpulkan dana sebesar $1.7 miliar dari dua putaran penjualan tokennya. Pencapaian tersebut menempatkan aksi Telegram sebagai salah satu Initial Coin Offering (ICO) terbesar.
Dalam whitepaper-nya, Telegram berjanji akan mengirimkan token Gram kepada investornya pada Oktober tahun lalu. Namun karena SEC menuduh Telegram telah melanggar hukum sekuritas, maka perusahaan tersebut terpaksa membatalkan distribusi tokennya.
Telegram kemudian melakukan negosiasi bersama investor TON mengenai penundaan proses distribusi token selama enam bulan. Para investor juga diberikan opsi untuk menarik dana investasi sebesar 77% dari jumlah investasi mereka.
Awalnya, banyak investor memilih untuk tetap bertahan, dan sebagai gantinya, Telegram berjanji akan kembali menginvestasikan dana $80 juta ke dalam proyek Blockchain. Namun menurut laporan terbaru, jumlah penarikan dana sekarang hanya tersedia sebesar 72%, lantaran 5% sisanya telah digunakan untuk proses pengembangan token.
"Dalam opsi pertama, diperlukan IPO sehingga peluncuran akan ditunda untuk setidaknya satu tahun lagi, yaitu sampai 30 April dan ini tidak akan mungkin. Opsi kedua: Jika investor AS keluar, tuntutan hukum dari investor yang lain akan menyusul," ujar Yakov Barinsky saat mencermati situasi proyek kripto Telegram saat ini.
Tidak tinggal diam, Telegram dikabarkan akan berusaha memperbaiki keadaan dengan mengajukan banding atas keputusan pengadilan AS. Langkah ini ditempuh Telegram, semata-mata agar bisa segera meluncurkan tokennya di pasar sekunder.