iklan |
iklan |
Seputarforex - Rupiah membuka awal pekan dengan menguat sebesar 0.19% versus Dolar AS. Saat ini, rupiah terpantau menguat di kisaran 14,547-an. Ada beberapa alasan mengapa nilai tukar rupiah berhasil menguat terhadap Dolar AS hari ini (30/Mei), salah satunya adalah percepatan kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh bank sentral.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mempercepat normalisasi kebijakan melalui kenaikan Giro Wajib Minimum secara bertahap mulai 1 Juni 2022. Secara lebih terperinci, kewajiban minimum GWM akan naik 6% mulai 1 Juni 2022, 7.5% mulai 1 Juli 2022, dan 9% mulai 1 September 2022.
"Kebijakan Bank Indonesia mempercepat kenaikan Giro Wajib Minimum untuk bank umum konvensional dan syariah memberikan dorongan bagi penguatan rupiah, sehingga rupiah mulai menjauh dari Rp14,700 per dolar AS," jelas analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Revandra Aritama.
Dolar AS Terpapar Penurunan Optimisme Fed Hike
Di saat yang sama, Dolar AS bergerak menuju penurunan bulanan pertama dalam lima bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh memudarnya ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed setelah rilis data Gross Domestic Product (GDP) AS yang lebih buruk dari ekspektasi pasar. Diekspektasikan mengurangi laju penurunan dari -1.4 persen ke -1.3 persen, GDP AS kuartal I/2022 malah semakin melambat ke -1.5 persen. Tidak hanya terhadap Dolar, perubahan dinamika ini juga berimbas pada Yield Obligasi US Treasury yang mendekati rekor terendah dua bulan.
Menanggapi penurunan Dolar AS saat ini, Ariston Tjendra menjelaskan jika pelaku pasar memilih mencoba peruntungan di aset-aset berisiko seperti rupiah. Apalagi, kekhawatiran terhadap kasus COVID secara global juga semakin menipis.
"Pasar mungkin mengabaikan isu kenaikan suku bunga the Fed untuk sementara dan beralih mengambil peluang di aset berisiko dengan masuk di level rendah," ujar pengamat pasar Ariston Tjendra.