Seputarforex.com - Nilai tukar Rupiah versus Dolar AS terapresiasi tipis ke level Rp14,137, menguat 0.09 persen dari level pembukaan harian. Sementara itu, kurs Rupiah versi JISDOR juga menunjukkan penguatan ke level Rp14,139. Perolehan tersebut merupakan yang tertinggi dalam sepekan.
Angin Segar Dari Negosiasi Dagang AS-China
Analis PT Monex Investindo Futures, Ahmad Yudiawan, memprediksi Rupiah akan mengalami penguatan tipis pada hari ini, dikarenakan beberapa faktor eksternal, yaitu rilis notulen FOMC dari pertemuan 17-18 September dan negosiasi dagang AS-China yang membawa kabar positif.
"Sentimen itu membuat Dolar AS bergerak melemah, sehingga Rupiah menguat bersama dengan aset berisiko lainnya," kata Yudi.
Sebagaimana dilansir dari Reuters, Wakil PM China Liu He, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin terlihat semringah pasca pertemuan. Ekspresi itu sebagai respon pertanyaan para reporter terkait perkembangan diskusi dagang AS-China. Optimisme negosiasi juga diperkuat dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa negosiasi kedua negara berjalan sangat baik.
Yudi melanjutkan bahwa respon-respon dari para petinggi dalam pertemuan AS-China mampu meningkatkan kepercayaan pasar terhadap sinyal damai. Selanjutnya, kondisi itu bisa membawa mayoritas aset berisiko bergerak ke zona hjau, setelah sebelumnya bergerak dalam tekanan.
Optimisme Pemerintah Indonesia Terhadap Dana Repatriasi
Selain dari faktor eksternal, sentimen dalam negeri turut menyokong posisi Rupiah terhadap Dolar AS. Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim, mengungkapkan bahwa pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yakin dana repatriasi sebesar Rp147 triliun tidak akan lari ke luar negeri. Hal ini seiring berakhirnya masa holding period dana repatriasi program amnesti pajak tahap pertama pada September-Desember 2019.
"Ini sudah kami bicarakan cukup lama dengan pemilik dana. Jadi banyak yang sudah dilakukan investasinya di Indonesia," kata Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani.