EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,326.50/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 6 menit lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 6 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 6 jam lalu, #Saham AS

Sentimen Konsumen Merosot Akibat Inflasi, Dolar AS Terkoreksi

Penulis

University of Michigan melaporkan angka sentimen konsumen AS terburuk sejak November 2011. Hal ini menarik indeks dolar AS mundur dari rekor tertinggi 16 bulan.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) melanjutkan langkah mundur yang telah berlangsung sejak Jumat lalu hingga mendarat pada kisaran 95.00 dalam perdagangan hari Senin ini (15/November). Pelaku pasar terus mencari petunjuk baru terkait ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed, sembari memantau berbagai peristiwa lain yang akan berlangsung selama sepekan mendatang.

DXY Daily

Pemicu kemunduran USD saat ini terletak pada data keyakinan konsumen yang dirilis pada hari Jumat lalu. Indeks Sentimen Konsumen November 2021 versi University of Michigan ambruk dari 71.7 menjadi 66.8, dengan sub indeks kondisi terkini selip dari 77.7 menjadi 73.2 dan sub indeks ekspektasi konsumen turun dari 67.9 menjadi 62.8.

Ini merupakan angka sentimen konsumen terburuk sejak November 2011. Konsumen semakin pesimistis akibat lonjakan inflasi yang sedang berlangsung, sekaligus anggapan bahwa belum ada kebijakan efektif yang telah diberlakukan untuk meredam dampak lonjakan inflasi tersebut.

Pada hari Selasa besok, Biro Sensus AS akan merilis data penjualan ritel yang biasanya berpengaruh besar di pasar forex. Posisi data ini semakin penting setelah rilis sentimen konsumen yang mengecewakan tadi, karena pasar akan mencari tahu apakah kekecewaan konsumen sudah mulai berdampak pada perekonomian atau hanya dalam taraf wacana.

"Akan penting untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh para konsumen yang masih punya banyak uang, daripada apa yang mereka katakan," catat Ray Attrill, kepala strategi FX di National Australia Bank. Attrill mencatat bahwa data sentimen konsumen sempat berlawanan dengan data belanja konsumen pada musim panas.

Pakar strategi dari Westpac punya outlook yang lebih optimistis. Mereka mencatat bahwa indeks dolar AS mengalami kenaikan momentum menyusul rilis data inflasi pekan lalu yang fantastis. Tapering The Fed, anggaran infrastruktur federal AS, dan pengetatan pasar tenaga kerja AS juga suportif bagi dolar AS. Mereka meyakini penjualan ritel mendatang kemungkinan tampil cemerlang, sehingga pelemahan indeks dolar hingga memasuki pertengahan 93 justru membuka peluang beli.

Di luar topik tersebut, isu geopolitik mulai mengemuka. Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping besok akan menggelar pertemuan tingkat tinggi secara virtual. Pertemuan tersebut diharapkan dapat memperbaiki ketegangan relasi kedua negara.

Download Seputarforex App

296783
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.