Seputarforex - Pergerakan poundsterling bergolak lantaran ramainya kabar negatif dari perundingan dagang pasca-brexit antara Inggris dan Uni Eropa. Mayoritas pelaku pasar masih optimis terhadap prospek tercapainya kesepakatan, tetapi keraguan yang merebak telah memperketat kemelut antara sterling versus beragam mata uang lain pada posisinya saat ini.
Poundsterling terperosok hingga nyaris 1 persen versus USD dalam perdagangan kemarin, meskipun semua mata uang high risk lain menguat terhadap Greenback. GBP/USD mulai beranjak naik lagi di penghujung sesi New York, tetapi hingga kini (3/Desember) masih terkungkung pada kisaran 1.3400-an. Pasangan mata uang EUR/GBP juga sempat terlonjak drastis mendekati puncak tertinggi sebulan pada kisaran 0.9090-an, dan sekarang masih beredar di sekitar 0.9040-an.
Grafik EUR/GBP Daily via Tradingview.com
Kepala Negosiator Uni Eropa Michel Barnier kemarin mengatakan kepada Brussels bahwa perundingan masih belum mencapai kejelasan dalam tiga topik utama. Ketiga topik yang sudah lama menjadi batu sandungan tersebut adalah "level playing field, fishery, and governance".
- "Level playing field" merujuk pada aturan yang akan menjamin semua pihak dapat bersaing dengan adil tanpa keunggulan kompetitif yang mencolok dibanding lawan bisnisnya. Uni Eropa menginginkan Inggris mengikuti perundangan UE tentang hak-hak pekerja, perlindungan lingkungan, dan subsidi negara. Namun, Inggris bersikeras tidak mau mengikuti aturan pasar tunggal sama sekali setelah brexit.
- "Fishery" mengacu pada hak penangkapan ikan bagi nelayan Eropa di perairan Inggris. Sebagai negara independen pasca-brexit, Inggris ingin memprioritaskan nelayannya saja. Tapi Inggris takkan mendapatkan akses untuk menjual ikan-ikannya ke pasar Eropa, tanpa memberikan akses ke perairannya bagi nelayan-nelayan Eropa. Masalah ini terutama menjadi sorotan negara-negara yang berbatasan dengan perairan Inggris, seperti Prancis dan Belanda.
- "Governance" berkaitan dengan bagaimana perjanjian akan diterapkan dan bagaimana sengketa perdagangan akan diselesaikan. Uni Eropa menginginkan agar Mahkamah Eropa menjadi solusi masalah ini, tetapi Inggris menolaknya.
Pernyataan Barnier mengisyaratkan kesepakatan tidak mungkin tercapai dalam pekan ini. Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada media bahwa ia terus memantau perundingan dan "tidak akan menandatangani apa pun yang bertentangan dengan kepentingan jangka panjang Prancis".
Kabar-kabar tersebut memicu kejatuhan Sterling kemarin. Namun, pasar langsung menggapai harapan baru setelah beredarnya rumor tentang ultimatum 48 jam yang dilontarkan oleh Prancis.
"Prancis dan negara-negara garis keras lainnya mendorong 'no deal' dalam prundingan brexit untuk memperlunak Inggris sebelum mengatur ulang negosiasi tahun depan, kecuali pemerintah (Inggris) membuat konsesi signifikan dalam beberapa hari ke depan," ungkap The Times, "'Para garis keras' menyarankan agar Uni Eropa mendeklarasikan negosiasi telah gagal dan membiarkan kerugian ekonomi selama periode 'no deal' yang singkat untuk mendesak Inggris kembali ke meja perundingan tahun depan, kecuali jika Inggris 'mundur dalam 48 jam ke depan'."
Situasi ini meningkatkan risiko pertaruhan pasar pada Sterling. Sejumlah analis menilai semua ini wajar saja sebagai bagian dari proses negosiasi, sehingga trader tak perlu memedulikan komentar yang dilontarkan kedua pihak dalam bentuk ultimatum, kecaman, maupun pujian. Apalagi ini bukanlah ultimatum pertama yang dikeluarkan oleh kedua kubu -dan semuanya sama-sama berakhir nihil- selama proses negosiasi dagang pasca-brexit. Namun, ketidakpastian dan rumor boleh jadi akan terus memacu volatilitas.
"Kegelisahan detik-detik terakhir brexit telah mendorong GBP/USD kembali ke bawah pivot 1.34, tetapi kami terus menilainya sebagai bagian dari proses negosiasi. Kami masih mengharapkan untuk tercapainya sebuah kesepakatan, tetapi tidak sebelum mendekati tenggatnya (31 Desember 2020 -red). Tampaknya kita akan mendapatkan beberapa waktu lagi seiring berlangsungnya proses brexit sesuai timeline-nya sendiri dan bukan (berdasarkan spekulasi) pasar forex," kata Mark McCormick, Kepala Strategi FX Global di TD Securities, "Kami masih akan menjual GBP pada pengumuman kesepakatan yang pada akhirnya akan tercapai kelak, tetapi kondisi pasar yang choppy akan mendominasi terlebih dahulu."