EUR/USD 1.066   |   USD/JPY 154.370   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.644   |   Gold 2,376.39/oz   |   Silver 28.63/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,048.93   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 48 menit lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 49 menit lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 56 menit lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 58 menit lalu, #Saham AS

Timur Tengah Masih Bergejolak, Harga Minyak Bertahan Di Level Tinggi

Penulis

Harga minyak bertahan di dekat level tinggi bulan Juni, di tengah panasnya ketegangan AS-Iran. Pelaku pasar mengantisipasi reaksi Iran terhadap sanksi ekonomi baru dari AS.

Harga minyak berusaha mempertahankan kenaikan minggu lalu pada perdagangan hari Senin (24/Juni), didukung oleh masih tingginya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Minyak Brent diperdagangkan pada harga $64.76 per barel, setelah pada hari Jumat minggu lalu menyentuh level $65.17 per barel yang merupakan level tertinggi bulan Juni.

Sementara itu, minyak WTI (West Texas Intermediate) berada di kisaran $57.79 per barel. Perlu diketahui, minyak WTI telah membukukan kenaikan sebesar 10 persen dalam lima sesi terakhir.

Ketegangan Timur Tengah Masih Memanas,

 

AS Nyaris Lakukan Serangan Militer Terhadap Iran

Ketegangan geopolitik antara AS dan Iran terus memuncak dalam beberapa hari terakhir, terutama setelah Iran menembak jatuh sebuah drone milik AS karena dianggap telah memasuki wilayah udara negeri Persia itu. Klaim Iran mengenai drone yang di atas wilayah udara internasional itu langsung dibantah oleh AS.

Presiden Donald Trump lantas tidak tinggal diam dan berencana melancarkan serangan milter terhadap Iran. Namun, Trump akhirnya membatalkannya dan beralasan bahwa serangan terhadap drone tanpa awak tidaklah sebanding dengan serangan yang akan dilancarkan AS, yang berpotensi menimbulkan banyak korban jiwa.

Pernyataan terbaru dari Trump pada hari Minggu (23/Juni) kemarin mengungkapkan bahwa AS tidak ingin berperang dengan Iran, tetapi bersiap menerapkan sanksi ekonomi secara lebih signifikan dalam waktu dekat. Kabar tersebut dipertegas oleh Pompeo yang mengatakan sanksi baru terhadap Iran akan diumumkan pada hari Senin ini.

"Eskalasi ketegangan Timur Tengah diprediksi akan menjadi katalis yang mendorong naik harga minyak. Namun, pelaku pasar masih ingin konfirmasi (lebih lanjut) dengan melihat seperti apa respon Iran terhadap sanksi baru yang dilancarkan AS," kata Edward Moya, analis pasar senior OANDA di New York.

288939
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.