EUR/USD 1.066   |   USD/JPY 154.790   |   GBP/USD 1.235   |   AUD/USD 0.646   |   Gold 2,305.51/oz   |   Silver 26.89/oz   |   Wall Street 38,239.98   |   Nasdaq 15,451.31   |   IDX 7,122.92   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) pada kuartal I/2024 meraup pendapatan senilai $73.82 juta, menyusut 15.96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) hari ini, guna memberikan keputusan pembagian dividen serta pengangkatan direksi baru, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Waskita Karya (WSKT) kembali memenangkan gugatan permohonan PKPU yang dilayangkan kedua kalinya oleh emiten keluarga Jusuf Kalla, Bukaka (BUKK), 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) melesat 20% seiring rencana perseroan melakukan kuasi reorganisasi untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

USD Tertekan Risk On, Dolar Komoditas Melonjak

Penulis

Sentimen risiko pasar semakin membaik setelah pemerintah China berencana mencabut aturan karantina COVID bagi turis asing pada awal Januari 2023 mendatang.

Dolar AS bergerak melemah terhadap mata uang mayor lain pada perdagangan Selasa (27/Desember) berkat naiknya selera risiko pasar. Pada saat berita ini dimuat, Indeks Dolar (DXY) melemah 0.21 persen pada kisaran 104.11.

Indeks Dolar AS

Minat risiko pasar mencuat setelah pemerintah China mengatakan akan membatalkan aturan karantina COVID bagi turis asing. Ini merupakan langkah yang dianggap positif menuju arah pelonggaran penuh setelah kebijakan ketat sebelumnya. Kebebasan pendatang dari kewajiban karatina akan efektif diberlakukan pada 8 Januari 2023.

Pada saat yang bersamaan, otoritas Beijing menurunkan level regulasi penanganan COVID dari kategori A menjadi kategori B. Hal ini semakin menegaskan komitmen pemerintah China untuk melepas pembatasan COVID secara bertahap pada tahun 2023 mendatang.

"Tampaknya tidak ada tanda-tanda pemerintah China meningkatkan pembatasan meskipun masih terjadi lonjakan kasus COVID. Kondisi ini mungkin menunjukkan tekad pemerintah China untuk membuka pembatasan sepenuhnya dalam waktu dekat," ungkap Christopher Wong, ahli strategi mata uang OCBC dalam sebuah catatan.

Wong menambahkan bahwa terdapat rumor yang menyebutkan bahwa pemerintah China tengah mempersiapkan langkah "luar biasa" untuk mendongkrak kembali perekonomian.

Dolar Komoditas menguat cukup signifikan karena sentimen risk on yang mendominasi. Dolar Australia menguat 0.25 persen hingga menyentuh 0.6748, sementara NZD/USD melonjak 0.65 persen pada kisaran 0.6311. Perlu diketahui, kedua mata uang tersebut sering digunakan sebagai proxy Yuan China dan cenderung selaras dengan kondisi perekonomian Tiongkok.

 

Ekspektasi Fed Rate Kembali Memudar

Selain ditekan minat risiko pasar dan penguatan Dolar Komoditas, posisi USD juga dibayangi oleh ekspektasi perlambatan laju kenaikan suku bunga The Fed. Pasalnya, rilis beberapa data ekonomi AS terbaru menunjukkan bahwa belanja konsumen hampir tidak naik di bulan November, sementara tekanan inflasi semakin melandai.

Namun, sejumlah analis berpendapat bahwa pelemahan Dolar AS saat ini juga bisa berkaitan dengan faktor musiman. Salah satunya adalah Francesco Pesole, analis mata uang ING. Ia berujar, "Sejalan dengan trend musiman yang sudah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, Desember merupakan bulan yang lemah bagi Greenback."

Download Seputarforex App

298730
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.