Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) kembali mendaki ke kisaran 90.20-an dalam perdagangan tadi pagi (26/Februari) sebagai imbas dari kenaikan pesat pada yield obligasi US Treasury, sementara emas dan ekuitas tumbang lagi. Dolar AS bahkan menduduki rekor tertinggi baru versus yen Jepang dalam enam bulan terakhir. USD/JPY sudah mulai surut saat memasuki sesi London, tetapi masih dalam rentang puncaknya.
Grafik USD/JPY Daily via Tradingview.com
Rilis data klaim pengangguran AS kemarin malam cukup impresif, sehingga meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap inflasi dan memicu pergolakan di pasar obligasi. Lelang obligasi US Treasury bertenor 7-tahunan pada hari Kamis kehilangan peminat. Sedangkan yield obligasi US Treasury bertenor 10-tahunan terpantau meroket dari kisaran 1.44% ke nyaris 1.60% dalam semalam, mencetak rekor tertinggi setahun.
Data klaim pengangguran juga mendorong aksi jual pada saham dan emas. Kinerja saham dan yield obligasi memang biasanya berkorelasi negatif. Sedangkan penurunan harga emas cukup mengejutkan, karena logam mulia biasanya berperan sebagai safe haven di tengah kenaikan inflasi.
Kenaikan yield obligasi US Treasury yang sangat pesat serta-merta mengatrol nilai tukar USD. Mata uang-mata uang mayor rontok, termasuk pound, euro, dolar Australia, dkk. Pasar skeptis bank sentral akan terus mempertahankan kebijakan moneter longgar di tengah kenaikan inflasi, sehingga banyak pihak berspekulasi bank sentral akan membatalkan sikap dovish mereka dan menaikkan suku bunga lebih cepat.
"Pasar menjadi semakin yakin tentang seberapa kuat ekonomi global akan terlihat pada paruh kedua tahun ini, dan tersirat di dalamnya adalah meningkatnya skeptisisme bahwa bank sentral akan dapat memenuhi janji yang mereka berikan tentang suku bunga tetap," kata Ray Attrill, kepala strategi forex di National Australia Bank, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
"Penurunan dalam (minat beli) obligasi mengejutkan ekuitas (dan mendorong) dukungan klasik safe haven bagi dolar AS," imbuhnya.
Pelaku pasar cenderung melepas obligasi ketika inflasi diperkirakan akan naik, karena bunga (yield) obligasi saat ini bisa jadi lebih rendah daripada laju inflasi di masa depan. Di sisi lain, lesunya permintaan pasar terhadap obligasi berdampak pada kenaikan yield.