EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,386.17/oz   |   Silver 28.63/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,063.10   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 2 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 2 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 2 jam lalu, #Saham AS

Capital Economics: Dolar Australia Akan Jeblok Ke Level 0.6000

Penulis

Rapuhnya kondisi fundamental domestik Australia, perlambatan ekonomi China, dan melemahnya harga komoditas di pasar global menjadi faktor penekan AUD.

Menurut update terbaru lembaga riset Capital Economics, Dolar Australia diprediksi akan turun menuju level 0.6000 terhadap USD pada tahun ini, dan tetap berada di level rendah hingga 2020. Jika benar terjadi, maka pergerakan tersebut akan menjadi penurunan 16 persen dari posisi Dolar Australia saat ini, dan membawa mata uang tersebut ke level terendah sejak Oktober 2008 silam (saat puncak kepanikan pasar selama krisis finansial global).

Peringatan Ekonom : AUD Menuju 60 Cent

Pada saat itu (krisis finansial 2008), Dolar Australia mampu rebound dengan cepat hingga mampu menyentuh level 0.9000 dalam waktu setahun. Lalu puncaknya, AUD mampu mengungguli Dolar AS dengan rate AUD/USD yang mencapai 1.10 pada Juli 2011, saat ekonomi Australia pulih dengan cepat dan suku bunga RBA naik. Di saat yang sama, Negeri Paman Sam kala itu menderita resesi parah yang memaksa The Fed memangkas suku bunga mendekati nol, dan melakukan program Quantitative Easing.

Untuk tahun 2019, Simona Gambarini dari Capital Economics tidak yakin jika AUD akan mampu rebound cepat seperti pada situasi yang terjadi satu dekade lalu. Hal itu karena rapuhnya fundamental Australia dan tantangan berat yang dihadapi saat ini.

"Kami telah mengubah pandangan terhadap arah suku bunga RBA yang diprediksi akan terus melandai di tahun 2019 dan 2020, saat kami melihat prospek pasar perumahan Australia akan semakin mengkhawatirkan. Hal itu akan berdampak terhadap pertumbuhan GDP yang diperkirakan turun dibawah ekspektasi sebelumnya," kata Gambarini dalam sebuah catatan.

 

Terbebani Perlambatan Ekonomi China

Forecast ekonom yang menyebut AUD/USD mungkin akan anjlok hingga level 0.6000 tahun ini cukup beralasan, mengingat kondisi ekonomi domestik yang saat ini memburuk, ditambah dengan pukulan telak dari sentimen negatif terhadap ekonomi China.

Perlambatan ekonomi China yang baru-baru ini terkonfirmasi, memaksa IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global beberapa waktu lalu. Menurut Gambarini, pelemahan ekonomi global juga akan berimbas pada minimnya permintaan dunia, sehingga dapat menekan harga komoditas yang merupakan salah satu faktor penting dalam perekonomian Australia.

"Kami berpikir AUD secara umum akan menurun tahun ini karena terimbas perlambatan ekonomi China, yang merupakan mitra dagang utama Australia. Kami juga melihat adanya potensi penurunan harga bijih besi dan batu bara, padahal kedua komoditas ini menyumbang 30 persen dari total ekspor Australia," ungkap Simona Gambarini.

 

Sektor Pariwisata Dan Pendidikan Bisa Bersinar

Pendapat lain datang dari Marcel Theliant, ekonom senior Capital Economics. Ia percaya bahwa ekonomi Australia mampu bertahan, meski sedang menghadapi berbagai hambatan baik dari domestik maupun luar negeri.

"Penurunan AUD akan sulit menghidupkan kembali sektor manufaktur yang saat ini tengah terpuruk. Tetapi, nilai tukar yang lemah akan mendorong sektor pariwisata dengan meningkatnya kunjungan wisatawan dari negara lain, begitu juga dengan sektor pendidikan. Hal tersebut setidaknya mampu sedikit meredam dampak dari penurunan ekspor komoditas," kata Theliant.

287145
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.