Dolar AS berusaha rebound pada sesi perdagangan Asia hari Rabu (26/Juni), setelah pernyataan Jerome Powell tadi malam yang terdengar tidak se-dovish ekspektasi pasar. Penguatan tipis Dolar AS tercermin dari pergerakan Indeks DXY yang saat ini berada di kisaran 96.28, berusaha menjauhi level terendah 3 bulan di level 95.85 yang tersentuh pada hari Selasa kemarin.
Dalam pernyataannya, Powell kembali menekankan independensi bank sentral dalam mengambil kebijakan moneter, termasuk soal penurunan suku bunga The Fed. Pasca komentar tersebut, probabilitas pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Juli mendatang sedikit berkurang. Mayoritas investor saat ini cenderung memperkirakan jika Fed Rate hanya akan dipangkas sebesar 25 basis poin pada bulan depan.
Dolar AS Menguat Terbatas Versus Yen
Senada dengan Indeks DXY, pair USD/JPY saat ini berupaya rebound dan berada di kisaran 107.46, menjauhi level terendah 5 bulan yang tersentuh pada perdagagan hari Selasa kemarin. Selain karena pidato Powell, Dolar AS naik karena karena aksi profit-taking posisi sell Dolar AS yang dilakukan investor, jelang pertemuan antara Trump dan Xi Jinping di KTT G20 Osaka akhir pekan ini. Mayoritas investor tidak yakin jika pertemuan AS-China di Jepang akan menghasilkan terobosan positif. Namun, pelaku pasar enggan berspekulasi lebih jauh dan lebih memilih menutup posisi jual mereka, sehingga membuat Dolar AS sedikit terangkat.
Walaupun begitu, para ekonom mengekspektasikan jika outlook Dolar AS masih cenderung bearish, terutama dengan peluang pemotongan suku bunga The Fed yang masih terbuka.
"Skenario upside (penguatan) Dolar AS untuk saat ini berat, terutama terhadap Yen dan mata uang safe haven lainnya. Data ekonomi AS baru-baru ini menunjukkan pelemahan, Yield Obligasi juga semakin rendah, dan (dengan) pernyataan Powell tadi malam, maka pemotongan suku bunga bulan Juli hampir dapat dipastikan terjadi," kata Junichi Ishikawa, ahli strategi valuta asing senior di IG Securities.