Pada sesi Asia hari Senin (3/9) ini, Dolar Australia melanjutkan penurunan yang terbentuk sejak akhir pekan lalu. Pelemahan tajam yang dialami AUD merupakan buntut dari semakin panasnya tensi konflik dagang antara AS dengan negara-negara partner dagangnya, juga kondisi fundamental Australia yang belum stabil.
Pada saat berita ini ditulis, pair AUD/USD berada di kisaran 0.7174, melanjutkan penurunan dari hari Jumat lalu yang menyentuh level terendah dalam 20 bulan terakhir.
Masih Dibebani Konflik Dagang Global
Ketegangan terkait perang dagang di kalangan investor semakin meruncing, setelah pertemuan antara AS dan Kanada pada pekan lalu gagal mencapai kesepakatan. Di samping itu, pembicaraan perdagangan antara AS dan Uni Eropa belum menemukan progres positif. Trump juga secara kontroversial mengkritik Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan kembali mengancam akan menaikkan kembali tarif impor untuk barang barang dari China yang memasuki pasar AS.
Sikap Presiden Trump terhadap negara lain yang memiliki hubungan dagang dengan AS memicu ketidakpastian pasar. Alhasil, hal tersebut melambungkan mata uang safe haven seperti Yen dan Franc Swiss terhadap mata uang komoditas seperti Dolar Australia.
"Ekonomi Negeri Paman Sam dan pasar ekuitas AS yang menunjukan tren Bullish tampaknya telah mendorong Presiden Trump untuk menjadi agresif dalam perdagangan, yang pada akhirnya berpotensi 'memperlebar jurang' antara Greenback dan mata uang dari Negara lain," kata Doug Porter, kepala ekonom Bank of Montreal.
Suku Bunga RBA Rentan Dipangkas
Setelah sempat pulih sesaat ketika Scott Morison menjadi Perdana Menteri Australia baru, AUD gagal melanjutkan reli dan harus kembali turun terhadap major currencies. Hal ini lantaran meningkatnya risiko penurunan suku bunga lanjutan oleh RBA (Bank Sentral Australia), setelah pada pekan lalu, Westpac Bank menaikkan bunga hipotek yang kemungkinan besar akan diikuti oleh bank pemberi kredit lainnya.
"Dalam pandangan kami, risiko penurunan suku bunga RBA terus meningkat dan hal itu akan menekan Dolar Austalia. Kenaikan biaya hipotek Westpac Bank sebagai sinyal dini dari kegentingan pasar perumahan Australia," kata Greg Gibbs, seorang ekonom di Global FX Capital.