Seputarforex.com - Dalam konferensi pers yang digelar pasca pengumuman kebijakan moneter ECB, Kamis (13/Desember) malam ini, Presiden ECB Mario Draghi, mengakui bahwa risiko-risiko ekonomi Zona Euro mulai condong ke arah penurunan. Kondisi ini terjadi bahkan setelah bank sentral Eropa tersebut mencabut program stimulusnya bulan ini.
"Risiko yang melingkupi Outlook pertumbuhan Zona Euro masih dapat dikatakan seimbang secara umum... Namun, keseimbangan risiko mulai bergerak turun, sehubungan dengan masih adanya ketidakpastian dari segi geopolitik, ancaman proteksionisme (dagang), kerapuhan pasar negara berkembang, dan volatilitas pasar finansial," kata Draghi kepada para awak media.
Peringatan Draghi tersebut disampaikannya setelah ECB memutuskan untuk mengakhiri program pembelian obligasi sebesar 2.6 triliun euro. Tujuan pelonggaran moneter tersebut adalah untuk mendorong kenaikan inflasi hingga mencapai target 2.0 persen.
Namun, berakhirnya pembelian obligasi ECB tak diiringi dengan mantapnya perekonomian Eropa. Bulan Desember ini, momentum pertumbuhan Zona Euro justru sedang melambat akibat sejumlah konflik yang menimbulkan ketidakpastian seperti Brexit, anggaran Italia, dan pemberontakan "Yellow Vest" di Prancis.
Oleh karena itu, meski pembelian obligasi telah resmi diakhiri, Draghi buru-buru menekankan kembali bahwa ECB masih akan mendukung ekonomi melalui suku bunga ultra rendah dan proses re-investing dari obligasi-obligasi yang sudah jatuh tempo, untuk waktu yang lebih lama.
Euro Menguat Tipis
Beberapa saat setelah pernyataan Draghi tersebut, Euro turun tajam. EUR/USD turun 0.30 persen ke 1.1343. Namun saat berita ini ditulis pada pukul 23:45 WIB, EUR/USD dalam time frame satu jam telah menguat tipis 0.12 persen ke 1.1353.
Menurut Pares Upadhyaya, Director of Currency Strategy di Amundi Pioneer Investment Boston, pernyataan tentang keseimbangan risiko yang mulai condong turun, akan menyulitkan reli Euro dalam rentang perdagangannya saat ini.