Seputarforex.com - Komisi Uni Eropa memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi Zona Euro secara signifikan untuk tahun 2019 dan tahun 2020, di sesi perdagangan Kamis malam ini (07/Februari). Prediksi tersebut diambil berdasarkan proyeksi perlambatan global dan internal negara-negara anggota. Pengumuman ini hampir bersamaan dengan BoE yang mengambil kebijakan serupa.
Pertumbuhan Zona Euro diprediksi melambat menjadi 1.3 persen tahun 2019, dari 1.9 persen di tahun 2018. Untuk tahun 2020, pertumbuhan diperkirakan akan naik kembali menjadi 1.6 persen. Padahal November 2018 lalu, pertumbuhan Zona Euro untuk 2019 diperkirakan akan tumbuh 1.9 persen, dan untuk tahun 2020 diproyeksi mencapai 1.7 persen. Estimasi inflasi pun turut direvisi turun, karena diperkirakan akan berada sedikit di bawah target European Central Bank (ECB) di level 2 persen.
Memanasnya perdagangan global dan perlambatan ekonomi China, disebutkan sebagai biang keladi penurunan ekonomi Uni Eropa. Dalam konferensi pers-nya hari ini, Komisioner Komisi Uni Eropa, Pierre Moscovici, menjelaskan bahwa selain faktor eksternal tersebut, Komisi Uni Eropa tak menampik jika faktor internal juga turut menyumbang rapor buruk. Perlambatan signifikan yang dialami oleh negara-negara maju di kawasan tersebut tak bisa dipandang sebelah mata. Sebut saja, produksi otomotif Jerman yang melambat signifikan, ketegangan sosial di Prancis (Yellow Vest), dan anggaran Italia yang belum menemukan titik temu.
EUR/USD Masih Tertekan
Pengumuman dari Uni Eropa tersebut tampaknya akan mempersulit EUR/USD untuk bullish. Hingga berita ini ditulis pada hari Jumat dini hari, pergerakan EUR/USD di time frame harian masih turun tipis 0.07 persen, dan diperdagangkan di 1.1353.
Namun demikian, menurut Christoper Lewis, analis FXEmpire, level 1.13 akan menjadi support kuat bagi pasangan mata uang tersebut untuk memantul naik. Oleh karena itu, Lewis merekomendasikan strategi buy on dips Euro dalam jangka pendek.