Seputarforex.com - Gubernur Bank of Japan (BoJ), Haruhiko Kuroda, mengatakan dalam pidatonya Senin (05/Nov) pagi tadi, bahwa kebijakan moneter longgar masih perlu dilanjutkan mengingat alotnya kenaikan inflasi. Namun, ia juga menegaskan bahwa konsentrasinya sudah tak sebesar lima tahun terakhir.
"Aktivitas ekonomi Jepang dan inflasi, sudah tak lagi berada dalam situasi dimana implementasi kebijakan moneter dalam skala besar dianggap sangat penting untuk menanggulangi deflasi," kata Kuroda di hadapan forum pengusaha di Nagoya. Artinya, kebijakan moneter ultra longgar bukan lagi kebijakan paling sesuai dengan kondisi ekonomi Jepang saat ini.
Kuroda juga mengatakan bahwa ekonomi Jepang telah jelas menunjukkan peningkatan di tengah pendapatan perusahaan-perusahaan yang solid, serta padatnya pasar tenaga kerja. Sementara itu, inflasi inti (Core Inflation) Jepang sudah naik ke 1% (setengah dari target BoJ) pada bulan September, yang tercapai untuk pertama kalinya sejak Februari lalu.
Pernyataan Kuroda tersebut dinilai memperkuat pandangan para ekonom dan investor, bahwa BoJ sedang meletakkan sebuah dasar untuk mundur lebih jauh dari stimulus. Kondisi saat ini juga telah mengonfirmasi bahwa dampak kenaikan pajak penjualan tahun depan tidak akan menyeret ekonomi Jepang jatuh ke resesi.
Yen Melemah Terhadap Dolar AS
Meskipun pidato Kuroda terbilang hawkish, Yen tak lantas menguat. Terhadap Dolar AS, Yen justru melemah. Pasalnya, latar belakang yang mendukung penguatan Dolar AS lebih kuat daripada yang mendukung penguatan Yen.
USD/JPY naik ke 113.27, dari sebelumnya di 113.19. Menurut analis NAB, Rodrigo Catril, Dolar AS terdukung oleh data Ketenagakerjaan AS yang dirilis akhir pekan kemarin. Selain itu, makin dekatnya kenaikan suku bunga The Fed keempat kalinya tahun ini, mengecilkan kemungkinan USD/JPY untuk menurun kembali.