EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,152.03   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 1 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 1 jam lalu, #Saham AS

Minyak Dirantai Tingginya Suplai, Janji-Janji Donald Trump

Penulis

Perusahaan-perusahaan minyak AS kini tengah menantikan eksekusi janji Donald Trump untuk menghapus regulasi-regulasi yang selama ini mengekang industri sektor migas domestik.

Seputarforex.com - Kemarin, harga minyak terpantau naik di sesi perdagangan New York meski sempat anjlok di sesi perdagangan Asia ketika Donald Trump terlihat memimpin dalam penghitungan suara Pemilu Presiden AS. Namun, Kamis pagi ini (10/11) Brent dan WTI kembali melandai setelah laporan inventori minyak AS mengembalikan fokus kerisauan pasar pada limpahan surplus.

Minyak Dirantai Tingginya Suplai, Janji-Janji Presiden Trump

Pagi ini, harga minyak mentah AS untuk pengiriman Desember turun sekitar 0.2% ke $45.02, padahal tadi malam sempat nyaris menjangkau kisaran $46 per barel. Sementara Brent dibuka dengan gap menurun yang cukup besar dan kini berada sekitar harga $46.21, walau kemarin nyaris mencapai $47an.

 

Janji-Janji Trump Di Bidang Energi

Kemarin, harga minyak sempat anjlok bersama aset-aset risk-sensitive lainnya setelah Donald Trump secara mengejutkan terpilih menjadi presiden Amerika Serikat ke-45. Namun demikian, sentimen pasar pulih setelah Trump memberikan pidato kemenangan yang menekankan bahwa ia akan mencari "common ground" bukannya permusuhan, berlawanan dengan ungkapan-ungkapan kontroversial-nya sepanjang kampanye.

Terlepas dari itu, perusahaan-perusahaan minyak AS kini tengah menantikan eksekusi janji Trump untuk menghapus regulasi-regulasi yang selama ini mengekang industri sektor migas, seperti pembukaan lahan milik federal untuk pengeboran dan pemulihan proyek pipa minyak trans-Kanada dan trans-Amerika Serikat.

"Trump telah berjanji untuk membangkitkan kembali bahan bakar fosil untuk mendorong pertumbuhan lapangan kerja dan juga menempatkan penolakan pada (kebijakan penanggulangan) perubahan iklim di ujung tombak kebijakan energinya," demikian disampaikan oleh analis dari JBC Energy dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters.

Jika janji-janji tersebut direalisasikan, maka diproyeksikan produksi minyak AS bisa kembali melesat dengan kucuran investasi baru.

 

Inventori Minyak Mentah Naik Lagi

Laporan mingguan US Energy Information Administration (EIA) menunjukkan kenaikan inventori minyak mentah sebanyak 2.4 juta barel dalam periode sepekan yang berakhir tanggal 4 November. Angka tersebut lebih tinggi dari estimasi analis 1.3 juta barel, dan merupakan kenaikan di luar ekspektasi untuk minggu kedua berturut-turut. Namun demikian, data ini selaras estimasi laporan American Petroleum Institute yang dirilis lebih awal dan menyebutkan adanya kenaikan sebesar 4.4 juta barel.

Selain itu, EIA menyatakan bahwa total inventori minyak mentah berada di angka 485 juta barel, yang mana dinilai sebagai level tinggi secara historis. Akan tetapi, inventori gasolin menurun 2.8 juta barel, lebih besar dibanding ekspektasi penurunan 1.0 juta barel saja. Demikian pula persediaan hasil distilasi berkurang 1.9 juta barel.

 

Ketidakpastian Pemangkasan Produksi OPEC

Sementara itu, para trader minyak terus menimbang-nimbang prospek pemangkasan produksi OPEC. Sebelumnya, OPEC telah mencapai kesepakatan untuk membatasi output di kisaran 32.5 juta-33.0 juta bph dalam diskusi informal di Aljazair pada akhir September. Namun, 14 negara anggotanya menolak membahas detail tentang kuota masing-masing negara hingga pertemuan formal berikutnya digelar di Wina, Austria, pada 30 November.

Kemungkinan bahwa pertemuan itu akan berakhir nihil merebak seiring dengan munculnya penolakan Irak, Iran, Nigeria, dan Libya, untuk ikut andil dalam memangkas produksi mereka. Ketidakjelasan posisi Rusia juga turut mengipasi ketidakpastian.

276136
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.