EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,157.23   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 3 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 3 jam lalu, #Saham AS

Notulen RBA Beri Sinyal Rate Cut Lebih Lanjut

Penulis

Notulen pertemuan RBA bulan Juli menunjukkan kesiapan untuk memangkas kembali suku bunga. Padahal, rate RBA saat ini sudah yang terendah sepanjang masa.

Notulen pertemuan Reserve Bank of Australia (RBA) bulan Juli yang dirilis pada hari Selasa ini (16/Juli), mengungkapkan bahwa Bank Sentral Australia masih membuka peluang melakukan Rate Cut lagi jika diperlukan, khususnya untuk menopang ketenagakerjaan, pertumbuhan upah, dan inflasi. Kecenderungan ini muncul bahkan setelah RBA menurunkan suku bunga 25 basis poin hingga menjadi 1.0 persen pada awal bulan Juli.

Notulen RBA Beri Sinyal Akan Lakukan

"Suku bunga yang lebih rendah akan mendorong kenaikan lapangan kerja dan membuka kesempatan untuk kembali menaikkan tingkat inflasi menuju target. Pembuat kebijakan akan memantau perkembangan pasar tenaga kerja secara seksama dan bersiap menyesuaikan kebijakan moneter jika diperlukan, untuk menopang pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," ujar RBA dalam notulen pertemuan bulan Juli.

RBA juga ikut menyoroti perkembangan kondisi ekonomi global, terutama mengenai GDP China kuartal kedua yang semakin melemah hingga menyentuh rekor terendah sejak 1992. Di samping itu, dewan RBA mencatat sengketa perdagangan AS-China dan Jepang-Korsel yang berpotensi memperburuk outlook perekonomian global.

 

Penguatan AUD Berpotensi Hambat Inflasi

Perlu diketahui, Bank Sentral Australia sudah memangkas suku bunga sebanyak dua kali, masing masing 25 basis poin di sepanjang kuartal kedua tahun ini. Pembuat kebijakan RBA menilai jika suku bunga yang lebih rendah akan membantu melemahkan AUD, sehingga membuat produk impor menjadi mahal dan mendukung laju inflasi.

Notulen RBA Beri Sinyal Akan Lakukan

Namun yang terjadi saat ini adalah: Dolar Australia justru naik cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir, dari level terendah 5.5 bulan di 0.6829 ke kisaran 0.7037 saat ini. Bahkan, Dolar Australia sudah menguat sebanyak 1.7 persen terhadap Dolar AS dalam sepekan terakhir.

Kenaikan AUD/USD berpotensi menekan RBA untuk kembali memangkas suku bunga, agar bisa menekan laju kenaikan Dolar Australia. Hal ini terutama apabila tingkat inflasi dan pasar tenaga kerja tidak kunjung membaik dalam bulan-bulan mendatang.

 

289256
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.