Seputarforex.com - Dalam Laporan Stabilitas Finansial yang dirilis hari Rabu (30/Mei) pagi ini, Bank Sentral New Zealand (RBNZ) mencatat bahwa sistem finansial masih sehat dengan modal dan likuiditas yang cukup serta sejalan dengan sistem perbankan. Namun, RBNZ mengamati bahwa utang hipotek masyarakat masih tinggi walaupun risiko finansial telah berkurang. Pasca rilis data ini, NZD/USD belum merespon dengan pergerakan berarti di level rendahnya saat ini.
RBNZ tidak mengubah kebijakan untuk membatasi Loan-to-Value-Ratio (LVR). Gubernur Adrian Orr menyatakan bahwa inflasi harga rumah diekspektasikan masih berada di rentang 2% dan 3%. Oleh sebab itu, kebijakan mengenai LVR tidak akan diubah sebelum Laporan Stabilitas Finansial berikutnya.
Kalimat Pembuka Dalam Laporan Stabilitas Finansial RBNZ
Dalam sektor yang lebih luas, Orr menyinggung sektor produk olahan susu (dairy) yang menurutnya masih terdapat beberapa masalah. "Sebagian besar peternakan sapi perah saat ini berada dalam cash-flow yang positif, tetapi masih rentan terhadap kemungkinan penurunan harga produk dairy dan goncangan dalam sektor agrikultur. Dengan mengurangi persyaratan pinjaman bank di sektor ini, menurut saya akan menjadi keputusan yang bijaksana."
Dolar New Zealand Tertekan Di Bawah 0.69 Dolar AS
Laporan Stabilitas Finansial RBNZ tak memberikan banyak bantuan bagi Dolar New Zealand. NZD/USD masih berada di bawah level 0.69, dengan diperdagangkan di kisaran 0.6899 saat berita ini ditulis pada pukul 09:05 WIB. Sedangkan terhadap Yen, Dolar New Zealand mengalami penurunan sehubungan dengan gejolak politik di Italia. NZD/JPY diperdagangkan turun dari 75.08 ke 74.91.
Miles Workman, ekonom ANZ Bank New Zealand mengatakan bahwa bukanlah hal yang mengejutkan jika NZD/USD tertekan turun. Itu karena nuansa penghindaran risiko yang merebak di pasar. Selain itu, masalah perdagangan antara AS dengan China juga memengaruhi mata uang-mata uang yang berpasangan dengan Dolar AS, termasuk NZD/USD.
Kemarin malam, Gedung Putih menyatakan bahwa pihaknya akan memproses proposal untuk mengenakan tarif 25 persen terhadap barang-barang China senilai $50 miliar, dan memberikan batasan baru bagi investasi China di AS khususnya dalam industri teknologi serta komunikasi.
