EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,148.30   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 2 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 2 jam lalu, #Saham AS

Outlook Fed Hike 2019 Meredup, Dolar Kesulitan Rebound

Penulis

Walaupun menguat di pagi ini, Dolar AS secara umum masih terbebani oleh outlook kenaikan suku bunga AS yang semakin melemah di tahun 2019.

Dolar AS berusaha menguat terhadap major currencies pada hari Selasa (8/1) pagi. Namun, posisinya masih rentan karena kenaikan ini hanya disebabkan oleh aksi profit-taking. Investor juga semakin yakin bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga di tahun 2019, mengingat tanda-tanda perlambatan ekonomi AS dan China mulai muncul di tengah ketidakpastian ekonomi global

Saat berita ini ditulis, Dolar AS bergerak menguat terhadap Euro dan Sterling. USD juga terpantau naik terbatas terhadap Franc Swiss dan mata uang komoditas. Akan tetapi, posisi Dolar AS belum benar-benar aman karena berpotensi melemah lagi apabila tidak ada katalis positif. Indeks Dolar yang mengukur kekuatan USD terhadap mata uang mayor lain berada di kisaran 95.83 atau menguat 0.13 persen, belum menunjukkan rebound dari penurunan di hari sebelumnya.

Indeks Dolar - 8 Januari 2019

 

Powell Isyaratkan Penundaan Rate Hike 2019

Pada hari Jumat lalu (4/1), Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral akan fleksibel dalam mengambil kebijakan moneter terkait suku bunga. Dari pernyataan Powell tersebut, pasar mencerna bahwa Fed bisa saja benar-benar mengerem laju kenaikan suku bunga untuk tahun 2019, apabila perekonomian Negeri Paman Sam menemui hambatan. Namun, The Fed juga bisa kembali melaksanakan Rate Hike apabila kondisi perekonomian menunjukkan tanda-tanda positif.

"The Fed saat ini sedang mengamati kondisi perekonomian, dan telah mengakui bahwa muncul tanda-tanda perlambatan ekonomi. Sejauh ini, Inflasi AS cukup stabil dan bisa memberi ruang bagi Fed untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga di tahun 2019," kata Sim Moh Siong, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore.

 

Bostic Fed: Satu Kali Kenaikan Suku Bunga Tahun Ini

Di tengah mencuatnya rumor bahwa The Fed mungkin akan menghentikan laju kenaikan suku bunga tahun ini, pendapat lain datang dari Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, yang memprediksi hanya akan ada satu kali kenaikan suku bunga di sepanjang 2019.

"Saya melihat akan ada satu kali Rate Hike tahun ini, menyusul kepercayaan bisnis investasi untuk bulan-bulan mendatang yang meredup. Munculnya keresahan atas kondisi perekonomian AS telah membawa saya pada suatu kesimpulan, bahwa kemungkinan Federal Reserve tidak akan bertindak terlalu agresif (dalam melakukan Rate Hike)," ujar Bostic dalam acara Rotary Club of Atlanta.

Meskipun Raphael Bostic saat ini bukan anggota yang memiliki hak voting dalam FOMC, komentarnya mencerminkan bagaimana gejolak di pasar ekuitas dan pelemahan ekonomi China serta Eropa telah menggeser pandangan kebijakan di bank sentral AS.

286911
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.