Geopolitik sekali lagi menjadi pusat perhatian, karena penjualan ritel Inggris loyo, 1 hari, #Forex Fundamental   |   USD/JPY bertahan saat Iran tidak berencana melakukan pembalasan langsung terhadap serangan udara Israel, 1 hari, #Forex Fundamental   |   Forex hari ini: Investor mencari perlindungan di tengah laporan Israel menyerang Iran, 1 hari, #Forex Fundamental   |   Penjualan ritel Inggris mencetak 0% MoM di bulan Maret versus 0.3% yang diharapkan, 1 hari, #Forex Fundamental   |   Saham-saham top losers lQ45: PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) -3.85%, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) -3.36%, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) -2.77%, 1 hari, #Saham Indonesia   |   IHSG dibuka terkoreksi mengekor bursa regional pada Jumat (19/April), turun 0.91% ke level 7,101, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk. (RMKO) mencatatkan peningkatan pendapatan usaha sebesar 47.4% YoY, mencapai Rp272.4 miliar, 1 hari, #Saham Indonesia   |   Laba bersih PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) turun di kuartal I/2024, membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 6.05 triliun per Maret 2024. , 1 hari, #Saham Indonesia

Pertumbuhan AS Berpotensi Melambat, NFP Bisa Jadi Faktor Penentu

Fatma Adriana 6 Feb 2015
Dibaca Normal 5 Menit
forex > analisa >   #nfp
Serangkaian hasil buruk dari data-data ekonomi seperti penjualan retail, GDP, neraca perdagangan, laporan PMI, sampai data ADP membuat banyak pihak mencemaskan pertumbuhan ekonomi AS yang berpotensi melambat. Rilis data NFP selanjutnya dapat menjadi indikator penentu yang memastikan perkiraan tersebut, sekaligus memberikan gambaran lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter The Fed selanjutnya.

Setelah didera oleh rentetan data buruk yang mengindikasikan gejala awal mengendurnya pertumbuhan ekonomi, pencapaian NFP bisa menjadi salah satu faktor penting yang dapat mengkonfirmasikan keadaan ekonomi AS saat ini.

Beberapa rilis data penting di awal tahun 2015 telah menunjukkan penurunan, seperti penjualan retail di angka -0.9%, GDP First Release di level 2.6%, dan data-data PMI yang mengecewakan. Kondisi ini diperparah dengan laporan neraca perdagangan yang mengalami pelebaran defisit di angka -46.6 milyar, serta peningkatan jumlah pendaftar klaim tunjangan pengangguran.

Kedua data tersebut baru saja dirilis kemarin (5/2) dan sempat mengakibatkan aksi jual terhadap USD. Laporan ketenagakerjaan lain yang bisa menjadi indikasi dari perolehan NFP, ADP Private Payrolls, juga hanya bertambah di tingkat yang lebih rendah dari ekspektasi.

NFP AS Sebagai Faktor Penentu
Jika rilis data NFP malam nanti (6/2) bisa menggembirakan, efek perlambatan dari serangkaian data buruk di atas bisa diperkirakan hanya bersifat sementara. Namun apabila laporan NFP juga turut mengecewakan, USD dikhawatirkan akan semakin terdepresiasi. Tidak hanya itu, kenaikan suku bunga The Fed bisa ditunda lagi akibat meredupnya indikator-indikator pertumbuhan ekonomi AS di awal tahun ini.

Defisit Melebar, Analis Pangkas Ekspektasi Pertumbuhan AS

Setelah defisit neraca perdagangan AS dilaporkan melebar, JP Morgan memangkas prediksi GDP menjadi 2% saja. Hal ini berkaitan juga dengan data aktual dari Advance GDP AS di kuartal keempat tahun 2014 yang turun ke level 2.6%. Padahal, data tersebut sempat berekspansi ke level 5% di kuartal sebelumnya. Analis memperkirakan jika perolehan GDP itu masih bisa direvisi turun lagi.

Michael Feroli, ekonom dari JP Morgan menyayangkan hasil buruk dari data-data penting yang dapat mempengaruhi tren positif AS. Turunnya harga minyak seharusnya dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bertambahnya defisit AS dari -39.8 milyar ke -46.6 milyar secara mengejutkan juga diakibatkan oleh impor minyak, yang diketahui meningkat sebanyak 18%. Ekonom dari Morgan Stanley, Ted Wieseman berpendapat jika pelebaran defisit ini dapat direvisi ulang karena sebagian besar minyak yang diimpor itu dialokasikan sebagai bahan persediaan saja.

Defisit neraca perdagangan AS

Neraca Perdagangan AS pada Januari 2015 menunjukkan defisit yang semakin melebar


Penguatan USD dituding sebagai penyebab utama berkurangnya daya saing produk ekspor AS di pasar Internasional. Terlebih lagi, kondisi ekonomi Amerika  saat ini tidak mampu diimbangi oleh negara-negara maju lainnya yang menjadi partner dagang AS. Alhasil, pertumbuhan dalam negeri yang kokoh pada akhirnya lebih banyak menyerap produk luar negeri, sementara negara-negara yang menjadi partner dagang AS tak mampu membeli produk dari Negeri Paman Sam tersebut.

Akan tetapi, ada juga analis yang meyakini jika pelebaran defisit yang terjadi diluar ekspektasi itu bukanlah hal yang perlu dicemaskan. Kepala ekonom Capital Economics, Paul Ashworth, berpendapat jika kondisi tersebut hanyalah perputaran yang biasa terjadi dalam aktivitas ekspor-impor. Ia juga tidak menganggap kuatnya Dolar AS sebagai faktor terbesar dari bertambahnya defisit neraca perdagangan AS.

Data Upah Pekerja Masih Negatif

Salah satu laporan gaji karyawan yang akan dirilis lebih dulu dari NFP malam ini, Average Hourly Earnings, juga menjadi fokus perhatian dari beberapa analis yang mencermati anjloknya perolehan data tersebut di kisaran negatif. Joe LaVorgna dari Deutsche Bank mengaku tertarik untuk menantikan apakah pencapaian negatif tersebut akan direvisi atau tidak. Perbaikan data bisa saja dilakukan mengingat jebloknya hasil data tersebut hingga kini belum menjadi pertimbangan utama dalam menentukan pengaruhnya terhadap outlook ekonomi AS.

Namun, isu terkait laporan gaji karyawan ini diperkirakan akan segera menjadi fokus utama, khususnya jika penambahan 200.000 atau lebih lapangan kerja yang dilaporkan terjadi setiap bulannya tidak diimbangi oleh pencapaian data produksi yang baik pula. Sementara itu, forecast untuk data upah pekerja tersebut berada di angka 0.3%, atau jauh lebih baik dari hasil aktual di bulan sebelumnya yang turun sampai ke level minus. Artinya, bila data upah pekerja ini secara aktual nanti keluar mengecewakan, USD bisa jadi tertekan.

NFP Dapat Menjadi Penentu Tren Pertumbuhan AS dan Arah Kebijakan The Fed

Data NFP yang rilis di bulan Januari berhasil mengungguli ekspektasi dengan bertambah sebanyak 252.000. Prediksi sebelumnya hanya memperkirakan pertumbuhan di kisaran 240.000. Sentimen analis yang mulai meragukan pertumbuhan AS mungkin akan dapat diredam oleh hasil NFP yang tercatat kembali meyakinkan. Analis Market Pulse, Alfonso Erpanza, meyakini jika efek pelemahan data yang lain hanya bersifat sementara apabila NFP AS bisa menunjukkan hasil yang lebih baik dari ekspektasi. Untuk itu, sangat penting untuk melihat pencapaian NFP dan memastikan bahwa data tersebut mampu menampilkan hasil akhir yang mantap di semua komponen.

NFP AS

Data NFP AS


Selain itu, langkah The Fed yang masih bersabar untuk menaikkan suku bunga dapat sangat dipengaruhi oleh pencapaian NFP malam nanti. Mayoritas anggota The Fed yang bersifat moderat masih menunggu sinyal-sinyal yang menjanjikan sebelum dapat memperketat kebijakan moneter. Oleh sebab itu, Perolehan data NFP yang kurang meyakinkan bisa menambah keraguan The Fed untuk menaikkan suku bunga. Secara keseluruhan, baik buruknya laporan NFP dan data tenaga kerja AS lainnya tidak hanya memiliki pengaruh langsung terhadap nilai tukar USD malam ini, tetapi juga dapat menjadi konfirmator dari melambatnya pertumbuhan AS dan arah kebijakan The Fed selanjutnya.

Terkait Lainnya
 
Geopolitik sekali lagi menjadi pusat perhatian, karena penjualan ritel Inggris loyo, 1 hari, #Forex Fundamental

USD/JPY bertahan saat Iran tidak berencana melakukan pembalasan langsung terhadap serangan udara Israel, 1 hari, #Forex Fundamental

Forex hari ini: Investor mencari perlindungan di tengah laporan Israel menyerang Iran, 1 hari, #Forex Fundamental

Penjualan ritel Inggris mencetak 0% MoM di bulan Maret versus 0.3% yang diharapkan, 1 hari, #Forex Fundamental

Saham-saham top losers lQ45: PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) -3.85%, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) -3.36%, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) -2.77%, 1 hari, #Saham Indonesia

IHSG dibuka terkoreksi mengekor bursa regional pada Jumat (19/April), turun 0.91% ke level 7,101, 1 hari, #Saham Indonesia

PT Royaltama Mulia Kontraktorindo Tbk. (RMKO) mencatatkan peningkatan pendapatan usaha sebesar 47.4% YoY, mencapai Rp272.4 miliar, 1 hari, #Saham Indonesia

Laba bersih PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) turun di kuartal I/2024, membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 6.05 triliun per Maret 2024. , 1 hari, #Saham Indonesia



Kirim Komentar Baru