Data ketenagakerjaan Inggris yang dipublikasikan hari ini (13/Agustus) menunjukkan rekor yang amat menggembirakan. Selain jumlah klaim pengangguran berkurang, pertumbuhan gaji karyawan (Average Earnings Index) juga mengalami kenaikan paling pesat dalam 11 tahun terakhir. Meski demikian, berita ini tak dihiraukan oleh pelaku pasar. Pasangan mata uang GBP/USD masih terpuruk di level 1.2065, dekat kisaran terendah sejak Januari 2017, karena polemik brexit yang berkepanjangan.
Grafik Average Earnings Index+Bonus
UK Office for National Statistics (ONS) melaporkan bahwa tingkat pengangguran meningkat dari 3.8 persen menjadi 3.9 persen secara tak terduga pada bulan Juni. Akan tetapi, indeks pendapatan rata-rata (tanpa bonus) melesat hingga 3.9 persen, melampaui ekspektasi yang dipatok pada 3.8 persen. Dengan memperhitungkan bonus, indeks pendapatan rata-rata tercatat meningkat dari 3.5 persen menjadi 3.7 persen dalam periode yang sama.
Claimant Count Change yang menunjukkan perubahan klaim tunjangan pengangguran bulanan di negeri Ratu Elizabeth II, juga mengalami penurunan dari 31.4k menjadi 28.0k pada bulan Juli 2019. Pelaku pasar sebelumnya memperkirakan data ini mengalami kenaikan hingga 32.0k.
Secara keseluruhan, laporan dari pasar tenaga kerja Inggris kali ini dapat sedikit menenangkan kegelisahan pasar yang muncul setelah rilis data GDP Kuartal II/2019 yang amat mengecewakan pekan lalu. Pendapatan masyarakat yang kokoh kemungkinan dapat menanggulangi ancaman resesi. Namun, analis menilai kalau data-data ini takkan berpengaruh besar terhadap Poundsterling.
Petr Krpata, analis forex dari ING Bank London, mengatakan, "Kami menilai hari-hari penguatan GBP sebagai deviasi dan memperkirakan ada lebih banyak pelemahan Sterling ke depan, seiring makin dekatnya kita dengan potensi pemilu dini, sebuah jalan yang masih akan sangat rumit dan kental dengan risiko 'hard brexit'."