EUR/USD 1.066   |   USD/JPY 154.370   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.644   |   Gold 2,376.39/oz   |   Silver 28.30/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,052.12   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 12 menit lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 12 menit lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 19 menit lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 22 menit lalu, #Saham AS

PM May Beberkan Risiko Jika Rencana Brexit Ditolak

Penulis

Ketidakpastian yang mencuat terkait voting rencana Brexit telah menimbulkan banyak ketidakpastian. PM May pun menegaskan risiko ini dalam pernyataan terbarunya.

Pada hari Minggu (06/Januari), Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengatakan jika Inggris akan memasuki ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya, jika rencana kesepakatan Brexit rancangannya ditolak oleh parlemen. Pernyataan ini ia lontarkan di tengah munculnya sedikit tanda-tanda kemenangan May, atas anggota parlemen yang bersikap skeptis.

May Ungkapkan Risiko Penolakan Rencana Brexit Deal

Pemungutan suara di parlemen akan dilaksanakan pada tanggal 15 Januari mendatang. Sebelumnya, acara voting ini akan diadakan pada bulan Desember 2018, tapi ditunda oleh May karena besarnya kekhawatiran atas penolakan dari parlemen.

Ketidakpastian yang mencuat terkait voting Brexit telah menimbulkan banyak perpecahan di antara anggota parlemen Inggris. Bahkan partai yang dipimpin oleh May sendiri juga menghadapi perbedaan sikap, terutama karena permasalahan Brexit terkait perbatasan Irlandia, yang berpotensi membuat Inggris tunduk pada peraturan Uni Eropa.

Menjelaskan apa yang akan terjadi jika kalah pada voting parlemen, May mengatakan pada BBC:

"Kami akan memasuki situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saya rasa tidak ada siapapun yang bisa mengatakan dengan tepat apa yang akan terjadi di parlemen pada tanggal 15 Januari mendatang."

 

Ketidakpastian Brexit Bayangi Sterling

Rebound yang terjadi pada pasangan mata uang GBP/USD sejak akhir pekan lalu, diyakini akan mendapatkan hambatan jelang dilakukannya voting Brexit di parlemen Inggris. Ketidakpastian mengenai langkah Inggris selanjutnya --apakah akan keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan atau dengan kesepakatan-– berpotensi membebani pergerakan Sterling.

Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada tanggal 29 Maret, tetapi sejauh ini, ketidakmampuan PM May untuk mendapatkan kesepakatan selalu menemui ganjalan di parlemen. Akibatnya, kalangan bisnis dan investor di Inggris khawatir jika Negeri Ratu Elizabeth tersebut sedang menuju Brexit yang tanpa kesepakatan.

286889
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.