EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,161.14   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 40 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 40 menit lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 41 menit lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 48 menit lalu, #Saham AS

PMI Jasa China Turun Ke Level Terendah Sejak Februari 2019

Penulis

Sektor jasa China melemah karena kekhawatiran terhadap dampak perang dagang. Kondisi ini semakin diperparah dengan prospek kenaikan tarif impor baru oleh Presiden Trump.

Pada hari Senin (05/Agustus), Caixin merilis data PMI Jasa untuk bulan Juli yang mencatat pertumbuhan dengan laju paling lemah dalam 5 bulan terakhir, tepatnya pada level 51.6. Angka tersebut lebih rendah dari level bulan sebelumnya dan ekspektasi pasar yang sama-sama mencapai 52.0.

PMI Jasa China

Secara lebih rinci, sub indeks untuk pesanan ekspor pada perusahaan jasa China mengalami rebound hingga menyentuh level tertinggi 3 bulan di angka 54.0, melonjak tajam jika dibandingkan dengan angka 49.5 pada bulan sebelumnya. Caixin mengatakan, permintaan yang kuat dari pasar internasional mendukung sub indeks pesanan ekspor meroket di bulan Juli.

Survei menunjukkan kepercayaan bisnis China untuk 12 bulan ke depan tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan bulan Juni. Sub indeks pekerjaan juga cukup solid dan selalu mencatat ekspansi sejak September 2018. Kenaikan harga bulan lalu didukung oleh kenaikan bahan bakar, sehingga berpotensi menggenjot trend inflasi.

"Secara umum, ekonomi China menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada bulan Juli, berkat pemotongan pajak, dukungan yang berkelanjutan dari kebijakan moneter, dan investasi infrastruktur yang digerakkan pemerintah," kata Zhengsheng Zhong, direktur analisis ekonomi makro di CEBM Group.

Meskipun demikian, terjadi beberapa penurunan pada sub indeks lain yang menjadi komponen dalam pengukuran PMI Jasa versi Caixin. Indeks bisnis contohnya, menunjukkan penurunan dari 53.4 menjadi 53.2 di bulan Juli. Hal ini menandai kekhawatiran terhadap dampak perang dagang AS-China yang sudah mempengaruhi sektor jasa di negeri Tirai Bambu. Sebelumnya, kecemasan yang sama telah telah memukul sektor manufaktur hingga berada di zona kontraksi dalam beberapa bulan terakhir.

 

Tarif Impor Baru Dari Trump Ancam Ekonomi China

Beberapa analis memperkirakan terjadinya gelombang perlambatan baru pada bulan-bulan mendatang. Hal ini terkait dengan penerapan tairf impor baru oleh Presiden Trump. Perlu diketahui bahwa pada akhir pekan lalu, Donald Trump mengumumkan rencana kenaikan tarif impor 10 persen terhadap barang-barang China yang memasuki pasar AS pada awal September. Tarif kemungkinan bisa semakin naik, bahkan melebihi 25 persen apabila pembicaraan dagang AS-China tidak kunjung menemukan kesepakatan.

 


Selain berita di atas, Anda juga bisa mendapatkan kumpulan berita dan analisa terhangat untuk melengkapi kebutuhan trading, yang kami hadirkan langsung di email Anda. Silahkan subscribe Newsletter kami di sini.

289517
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.