Sektor manufaktur Jepang belum beranjak dari teritori kontraksi, menyusul data PMI Manufaktur bulan Juli yang berada di level 49.6. Meskipun naik sedikit naik dari level 49.3 pada bulan Juni, angka PMI Manufaktur kali ini belum lepas dari zona kontraksi karena masih di bawah level 50.
Permintaan ekspor dan domestik yang terus tertekan menjadi faktor kunci di balik kondisi suram manufaktur Jepang selama awal kuartal ketiga tahun ini. Output industri, total pesanan baru, dan pesanan ekspor di bulan Juli belum menunjukkan adanya perbaikan signifikan. Indikator-indikator tersebut masih terjebak di zona kontraksi, meski keadaannya sudah sedikit membaik dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya.
"Lemahnya permintaan dari China tetap menjadi faktor utama di balik permintaan ekspor yang lesu untuk barang-barang Jepang," kata Joe Hayes, ekonom di IHS Markit.
"Gesekan perdagangan yang memanas antara Jepang dan Korea Selatan juga menambah risiko penurunan pada rantai pasokan produk industri Jepang, sehingga memicu terjadinya kontraksi pada sektor manufaktur," tambah Hayes.
Sementara itu, sektor Jasa Jepang justru meningkat dari 51.9 menjadi 52.3 di bulan Juli, menorehkan level tertinggi sejak bulan Februari. Jika berkelanjutan, maka sektor jasa yang solid setidaknya mampu mengimbangi tekanan dari faktor eksternal yang menyebabkan penurunan pada aktivitas manufaktur Jepang.
USD/JPY Nyaris Tidak Bereaksi
Rilis data PMI Manufaktur Jepang yang belum beranjak dari teritori kontraksi tidak banyak berpengaruh terhadap pergerakan Yen versus Dolar AS. Pair USD/JPY hari ini (24/Juli) berada di kisaran 108.18, berupaya mempertahankan reli yang sudah berlangsung sejak tiga sesi terakhir. Fokus investor saat ini sedang tertuju pada pengumuman suku bunga The Fed akhir bulan Juli yang berpotensi menentukan arah pergerakan USD/JPY selanjutnya.