EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.850   |   GBP/USD 1.237   |   AUD/USD 0.645   |   Gold 2,305.79/oz   |   Silver 26.89/oz   |   Wall Street 38,239.98   |   Nasdaq 15,451.31   |   IDX 7,110.81   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   EUR/JPY pertahankan kenaikan setelah hasil beragam dalam data IMP Jerman dan zona Euro, di atas level 165.00, 2 jam lalu, #Forex Teknikal   |   EUR/GBP terdepresias ke dekat level 0.8600 setelah hasil beragam dalam data IMP zona Euro dan Inggris, 2 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/JPY naik ke puncak baru harian, di atas pertengahan 191.00 setelah IMP Inggris beragam, 2 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling incar lebih banyak penurunan di tengah kuatnya prospek penurunan suku bunga BoE, 2 jam lalu, #Forex Fundamental   |   PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) pada kuartal I/2024 meraup pendapatan senilai $73.82 juta, menyusut 15.96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) hari ini, guna memberikan keputusan pembagian dividen serta pengangkatan direksi baru, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Waskita Karya (WSKT) kembali memenangkan gugatan permohonan PKPU yang dilayangkan kedua kalinya oleh emiten keluarga Jusuf Kalla, Bukaka (BUKK), 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) melesat 20% seiring rencana perseroan melakukan kuasi reorganisasi untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham, 7 jam lalu, #Saham Indonesia

Produksi Industri China Mengecewakan, Dolar Australia Dan Kiwi Tumbang

Penulis

AUD/USD menurun 0.5 persen dan NZD/USD terpangkas 0.3 persen pada sesi Asia, akibat lesunya pertumbuhan produksi industri China bulan Februari 2019.

Mata uang Dolar Australia melemah nyaris 0.5 persen pada kisaran 0.7061 versus Dolar AS, setelah rilis data produksi industri China yang meleset dari ekspektasi. Pasangan mata uang NZD/USD juga tergelincir sekitar 0.3 persen ke level 0.6838 dalam perdagangan sesi Asia hari Kamis ini (14/Maret). Di antara major pairs, Aussie dan Kiwi merupakan dua mata uang yang paling rentan terdampak oleh perlambatan ekonomi China. Pasalnya, apabila permintaan atas komoditas yang jadi bahan baku industri dan konsumsi China menurun, maka harga komoditas berpotensi merosot lagi, sementara pendapatan ekspor Australia dan New Zealand juga bakal berkurang.

Dolar Australia Dan Kiwi Tumbang Karena Produksi Industri China Mengecewakan

Tadi pagi, laporan produksi industri China hanya menunjukkan kenaikan 5.3 persen (Year-on-Year) dalam bulan Februari 2019. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 5.7 persen pada periode sebelumnya, serta berada di bawah estimasi kenaikan 5.5 persen.

Dimitri Zabelin, analis mata uang junior DailyFX, mengungkapkan, "Pertumbuhan yang lebih lambat di China kemungkinan akan terus membebani Aussie yang sentimennya berhubungan erat, bukan hanya karena China merupakan mitra dagang terbesar Australia. Meskipun berita-berita tentang konflik perdagangan antara Beijing dan Washington telah makin kurang diperhatikan dibandingkan risiko jarak dekat lainnya, (tetapi) hubungan yang rapuh antara keduanya bisa jadi masih menggelayuti sentimen bullish bagi AUD."

"Turut menambah keraguan publik mengenai kekuatan Aussie, Gubernur RBA Philip Lowe baru-baru ini menyatakan tak ada alasan kuat untuk penyesuaian suku bunga dalam waktu dekat. Meskipun awalnya (RBA) berencana menaikkan (suku bunga) sebagai langkah kebijakan selanjutnya, outlook (ekonomi) telah bergeser menjadi lebih 'seimbang' dengan indeks swap mengindikasikan probabilitas lebih besar untuk pemangkasan suku bunga ketimbang kenaikannya. Hal ini terjadi seiring deflasi yang dialami harga perumahan dan boleh jadi mulai memengaruhi belanja konsumen, (sehingga) berpotensi menggunting alasan yang tersedia untuk menaikkan suku bunga."

Ke depan, pelaku pasar akan terus memantau data-data ekonomi China serta perkembangan negosiasi dagang AS-China sebagai dua faktor penggerak Aussie dan Kiwi. Di samping itu, naik-turunnya sentimen risiko pasar sehubungan dengan ketidakpastian Brexit dan indikasi perlambatan ekonomi global, juga bisa memengaruhi kedua mata uang antipodean itu.

287748
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.