Pembelanjaan ritel masyarakat AS kembali kehilangan momentum. Turunnya gairah belanja konsumen tersebut menunjukkan masih lambatnya roda ekonomi menggelinding. Sedang di seberang benua, mata uang tunggal Eropa ternyata turut terkoreksi cukup dalam.
Kekuatan Belum Muncul
Retail Sales masih terus menghadapi tekanan. Dalam pantauan terhadap data yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan AS, bulan Maret kembali menjadi momentum kelabu bagi para penjaja produk-produk eceran. Secara keseluruhan nilainya terpantau turun ke -0.3 persen.
Hal ini berbeda dengan perkiraan para ahli dan ekonom. Sebelumnya mereka sempat menghitung bahwa menjelang akhir kuartal pertama ini akan menjadi saat yang tepat bagi para penjual untuk meningkatkan penjualan. Namun target pertumbuhan dari para analis sebanyak +0.1 persen ternyata masih cukup berat untuk dicapai.
Dalam rincian laporan tersebut, penjualan dari sektor otomotif terbilang seret. Bahkan dikabarkan turunnya penjualan sektor inilah yang membuat secara keseluruhan survei Retail Sales mengalami kemerosotan.
Belum lagi peran sektor penjualan pakaian dan outlet-outlet yang menggunakan internet sebagai sarana transaksi juga nampak menambah beban tumbuhnya penjualan ritel.
Fenomena ini menjadi hal yang cukup mengejutkan bagi para analis. Mengingat begitu banyak produsen yang memberikan banyak diskon dan bonus pada produk mereka untuk memancing gairah belanja konsumen. Para ekonom menduga faktor sentimen negatif yang terjadi dalam pasar saham adalah penyebabnya.
Euro Belum Bertenaga
Pembukaan pasar hari ini memposisikan 1.1384 sebagai awal pijakan bagi Euro. Setelah selama beberapa minggu ini tren Euro terhadap Greenback masih cukup kuat menunjukkan rally. Namun malam ini secara mengejutkan tren tersebut tampak mulai terpatahkan. Pijakan yang dirasa cukup kuat akhirnya rontok ke level 1.1270an.