EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,150.91   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 4 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 4 jam lalu, #Saham AS

Rilis Final PMI Caixin China Turun Paling Tajam Sejak 2009

Penulis

Data final Caixin PMI Manufaktur China yang dilaporkan oleh Markit Economics berada pada 47.3 untuk bulan Agustus. Angka tersebut merupakan rekor indeks PMI Manufaktur dengan laju penurunan paling tajam sejak tahun 2009.

Data final Caixin PMI Manufaktur China yang dilaporkan oleh Markit Economics berada pada 47.3 untuk bulan Agustus, lebih tinggi dari rilis estimasi awal (preliminary) PMI 47.1, namun berkurang dari 47.8 pada bulan lalu. Angka tersebut merupakan rekor indeks PMI Manufaktur dengan laju penurunan paling tajam sejak tahun 2009 bagi negeri Tirai Bambu.

Rilis Final PMI Caixin China Capai Rekor Terendah

Sebelumnya, laporan resmi PMI Manufaktur China versi Pemerintah yang dirilis lebih awal hari ini (01/09), tercatat pada 49.7, sesuai dengan prediksi para analis dan turun dari angka 50 bulan Juli. Ini merupakan level terendah sejak Agustus 2012.

Data PMI resmi lebih condong terhadap perusahaan milik negara dan perusahaan-perusahaan besar, sementara Caixin PMI lebih berfokus pada usaha kecil dan menengah. Untuk kedua rilis data PMI tersebut berlaku skala lebih dari 50 maka terjadi ekspansi, apabila kurang dari 50 mengindikasikan kontraksi.

Laporan tersebut di atas menegaskan bahwa negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini masih terus kehilangan tenaga untuk memacu ekonominya. Pakar-pakar ekonomi memperingatkan Produk Domestik Bruto (PDB) China bisa terjerembab di bawah 7 persen tahun ini. Ekonom dari ANZ menyampaikan pada CNBC, "Kami kini memperkirakan GDP untuk naik 6.4 persen y/y pada kuartal tiga. Seiring dengan semakin banyaknya pelonggaran kebijakan (yang kami duga akan dilakukan pemerintah China), pertumbuhan bisa rebound ke 6.8 persen di kuartal 4". Hingga saat ini, pemerintah China telah meningkatkan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menangkis resiko deflasi dengan memotong suku bunga dan rasio giro wajib minimum (RRR).

Para Ekonom berharap data bulan Agustus dan September untuk tetap lemah. "Perekonomian (China) sedang menghadapi ketidakpastian ekonomi dan kebijakan yang kian meningkat saat ini. Hal ini tercermin dari volatilitas pasar modal yang ekstrim dan pergerakan tiba-tiba dalam pengaturan (nilai tukar) CNY, yang memperkuat ketidakpastian mengenai pergerakan nilai tukar ke depan," menurut laporan dari Goldman Sachs dilansir CNBC. Mereka menambahkan, "Menurut estimasi kita perlu beberapa bulan untuk dampak penuh dari 'guncangan ketidakpastian' memukul perekonomian, menunjukkan resiko akan buruknya data aktivitas (PMI Manufaktur) bulan Agustus dan mungkin juga September."

244754
Penulis

M Septian mulai berkecimpung di dunia forex sejak 2015. Setelah itu, menyelami berbagai instrumen trading dan berlanjut menjadi jurnalis yang meliput seputar forex dan komoditas di Seputarforex mulai 2016.