EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.40/oz   |   Wall Street 38,085.32   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 8 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 14 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 15 jam lalu, #Saham AS

Saudi Gunting Ekspor Minyak Ke AS, Lindungi Asia

Penulis

Ekspor minyak mentah Arab Saudi ke Amerika Serikat pada Maret akan turun sebanyak 300,000 barel per hari (bph) dibanding bulan Februari.

Seputarforex.com - Harga minyak terpantau masih loyo di level rendah pada perdagangan Jumat pagi ini (24/3). Harga minyak mentah berjangka Brent berada di angka $50.60 per barel, tidak jauh dari harga penutupan sesi sebelumnya pada $50.56. Sementara West Texas Intermediate (WTI) berada pada $47.80, hanya naik 10 sen. Secara keseluruhan, pasar masih terbebani oleh limpahan surplus global.

Saudi Pangkas Ekspor Minyak Ke AS

 

Produksi Shale Tumpulkan Upaya Pengurangan Output OPEC

Para trader yang diwawancarai Reuters mengatakan, pergeseran harga tipis terjadi setelah terkuak sebuah laporan yang menyebutkan ekspor minyak mentah Arab Saudi ke Amerika Serikat pada Maret akan turun sebanyak 300,000 barel per hari (bph) dibanding bulan Februari. Hal ini sejalan dengan kesepakatan OPEC bersama beberapa negara produsen lainnya untuk mengurangi output minyak sebanyak 1.8 juta bph sepanjang paruh pertama tahun 2016.

Data US Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, AS mengimpor sekitar 1.3 juta bph minyak dari Saudi pada bulan Februari. Akan tetapi, supplier asing seperti Saudi kini harus bergelut dengan peningkatan pengeboran minyak shale di negeri Paman Sam yang telah mendorong peningkatan produksi domestik hingga lebih dari 8 persen sejak pertengahan 2016. Sebagai negara yang pengelolaan sektor migasnya terliberalisasi, AS tidak masuk dalam kesepakatan pengurangan output, sehingga bebas menggenjot produksi.

 

Sudah Dikurangi, Output Saudi Masih Terhitung Tinggi

Meski demikian, sesungguhnya output minyak Arab Saudi masih di level tinggi. Data di Thomson Reuters Eikon menunjukkan bahwa pengiriman OPEC ke Asia, wilayah konsumen dengan laju pertumbuhan terbesar, berada pada 17.6 juta bph di bulan Maret, atau naik 5 persen sejak Januari. Hal ini mensinyalkan upaya OPEC untuk "melindungi" pasar utamanya dari dampak pengurangan output.

Rangkaian data yang telah dipaparkan memperkuat harapan pasar akan perpanjangan masa kesepakatan pengurangan output OPEC. Kesepakatan yang sedianya berakhir di bulan Juni itu perlu diperpanjang atau diperbesar cakupannya, guna mencegah harga minyak jatuh lebih jauh.

"Pasar sangat ingin melihat kemajuan lebih jauh dalam pemangkasan produksi untuk mengentaskan limpahan persediaan (minyak) yang terus bertumbuh," demikian disampaikan oleh ANZ Bank.

278220
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.