EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,386.17/oz   |   Silver 28.53/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,081.46   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   Poundsterling menemukan area support, meskipun sentimen risk-off membuat bias penurunan tetap terjaga, 14 menit lalu, #Forex Fundamental   |   GBP/JPY bertahan di bawah level 192.00 setelah data penjualan ritel Inggris, 15 menit lalu, #Forex Teknikal   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 6 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 6 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 6 jam lalu, #Saham AS

Sterling Melorot Jelang Rilis Data Krusial

Penulis

Poundsterling melemah karena pasar gelisah menjelang rilis data yang dapat memberikan petunjuk mengenai laju kenaikan suku bunga bank sentral Inggris.

Seputarforex.com - Poundsterling cenderung melemah sejak pembukaan awal pekan hingga pertengahan sesi Asia hari Selasa ini (20/Februari). Pelaku pasar memilih untuk menahan diri menjelang dipublikasikannya data ketenagakerjaan yang dianggap krusial dan dapat memberikan petunjuk mengenai laju kenaikan suku bunga bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).

Saat berita ditulis, sejoli GBP/USD telah minus 0.12% ke 1.3983 dalam perdagangan intraday. Sementara itu, EUR/GBP dan GBP/JPY masing-masing flat dekat harga pembukaan di kisaran 0.8862 dan 149.20.

Poundsterling

 

Kenaikan Suku Bunga Mei Terancam

Menuru Reuters, pelaku pasar telah memperhitungkan kemungkinan BoE menaikkan suku bunga di bulan Mei 2018. Akan tetapi, langkah pengetatan moneter seperti itu akan bergantung pada dua hal: apakah gaji karyawan telah meningkat atau belum; serta apakah dalam waktu dekat PM Theresa May dapat mengamankan kesepakatan untuk dua tahun setelah Inggris meninggalkan Uni Eropa.

Pasca rapat terakhirnya, BoE telah menyatakan bahwa suku bunga bisa naik lebih cepat, dengan besaran lebih tinggi dari ekspektasi. Namun, pernyataan itu didasari oleh prediksi pertumbuhan gaji akan terakselerasi di tahun 2018. Oleh karenanya, analis menilai, jika komponen gaji dalam laporan ketenagakerjaan yang dirilis hari Rabu besok ternyata stagnan, maka dapat meredam antusiasme BoE tersebut.

"Bank of England telah menggantungkan harapannya pada asumsi bahwa akan ada inflasi gaji... dan bahwa Brexit akan lancar. Sinyal yang mereka berikan pada kita bahwa mereka bersiap menaikkan suku bunga pada bulan Mei, dilandaskan pada asumsi ini," kata pakar strategi terkemuka dari Rabobank, Jane Foley.

Estimasi awal untuk data ketenagakerjaan Inggris mematok kenaikan Rerata Gaji Plus Bonus (Average Earnings Index+Bonus) bulan Desember sebesar 2.5%, sama dengan periode sebelumnya. Sedangkan Claimant Count Change bulan Januari diperkirakan menurun dari 8.6k menjadi 4.1k, walaupun Tingkat Pengangguran diekspektasikan tetap 4.3%.

 

Ada Ruang Bagi Pound Untuk Terdepresiasi

Analis juga mengkhawatirkan keberlanjutan negosiasi Brexit. Pasalnya, bukan hanya UU Brexit belum final, kesepakatan transisi dengan Uni Eropa yang semestinya selesai per Oktober 2018 juga belum nampak ujung pangkalnya.

"Kita perlu menekankan bahwa negosiasi (Brexit) baru saja dimulai dan perlu mengingat bahwa negosiasi dagang cukup sulit untuk ditetapkan," tulis Didier Borowski, pimpinan riset makroekonomi di Amundi, dalam sebuah catatan untuk kliennya. Lebih lanjut, ia menyampaikan, "Skenario dasar kami memperkirakan hubungan intermediate (antara Inggris dan Uni Eropa), dengan perdagangan barang secara bebas, tetapi hanya paspor parsial dalam (sektor) jasa keuangan. Jelas ada ruang bagi Pound untuk terdepresiasi dalam skenario ini."

282433
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.