Bank Indonesia kemarin (6/2) telah mengumumkan publikasi BPS mengenai neraca perdagangan Indonesia. Neraca perdagangan Indonesia bulan April 2014 disebutkan mengalami defisit sebesar 1,96 miliar USD setelah bulan sebelumnya mengalami surplus 0,67 miliar USD. Nilai tukar Rupiah pun terus menurun tajam, hingga melewati batas 11.500.
Neraca Perdagangan Indonesia Januari 2013-April 2014
Ekspor Turun, Impor Melesat
Nilai ekspor Indonesia bulan April 2014 hanya 14,29 miliar USD, atau menurun 5,92% dibanding ekspor Indonesia bulan Maret 2014. Disis lain, nilai impor Indonesia mencapai 16,26 miliar USD, atau naik 11,93% dibanding impor bulan Maret 2014. Penurunan ekspor nonmigas yang terutama berasal dari komoditas berbasis sumber daya alam seperti batubara dan minyak nabati, disebutkan diakibatkan oleh tren melemahnya permintaan dari Tiongkok dan India. Sedangkan pertumbuhan impor terutama didorong oleh kenaikan impor nonmigas, khususnya golongan barang mesin dan peralatan mekanik.
Menurut Bank Indonesia, defisit neraca perdagangan masih sesuai dengan pola musiman, khususnya sehubungan dengan tren peningkatan permintaan masyarakat menjelang bulan Ramadhan. Situasi diharapkan akan membaik seiring semakin cerahnya prospek ekonomi global. Perlu dicatat juga bahwa walaupun secara month-to-month ekspor menurun dan impor naik, tetapi secara year-to-year, jika dibandingkan dengan ekspor dan impor bulan April tahun 2013, maka ekspor masih meningkat dan impor lebih rendah.
Kurs Tengah USD/IDR Bulan Mei-Juni 2014
Kemerosotan Rupiah Semakin Parah
Sejak akhir Mei, nilai tukar Rupiah terus merosot. Kemerosotan ini kian menajam di awal Juni setelah Menteri Keuangan M. Chatib Basri menyebutkan bahwa neraca perdagangan Indonesia bulan April kemungkinan defisit. Data aktual yang ternyata sungguh mengalami defisit besar tidak membantu Rupiah. Ditambah lagi situasi limbo menjelang pemilu menghadirkan kondisi pasar finansial yang kurang kondusif. Kurs Tengah USD/IDR Bank Indonesia terakhir tercatat pada 11.806 Rupiah per Dollar AS.