Advertisement

iklan

Parlemen UE merekomendasikan negara-negara non-UE untuk memperketat peraturan kripto, 2 hari, #Kripto Fundamental   |   EUR/USD mendapatkan tekanan jual di sekitar harga 1.0650, investor menantikan data PMI Eurozone dan AS, 2 hari, #Forex Teknikal   |   Menurut Wells Fargo, GBP/USD berpotensi menuju level 1.2000 atau lebih rendah, 2 hari, #Forex Teknikal   |   Indeks utama Wall Street melemah pada akhir perdagangan hari Kamis karena aksi jual besar-besaran lantaran investor khawatir The Fed akan memberlakukan kebijakan moneter ketat (hawkish) lebih lama dari yang diperkirakan. Ketiga indeks anjlok lebih dari 1%, 2 hari, #Saham AS   |   Gandeng Nickel Industries Limited (NIC), PT United Tractors Tbk (UNTR) melebarkan sayap bisnisnya ke bidang pertambangan dan pengolahan nikel, 2 hari, #Saham Indonesia   |   Saham Starbucks Corp (NASDAQ: SBUX) merosot 2.16% dan ditutup di level $93.10 pada hari Kamis, menandai kerugian hari ketiga berturut-turut bagi perusahaan, 2 hari, #Saham AS   |   Warner Bros Discovery (NASDAQ:WBD) berencana untuk memperluas kapasitas produksi di studio Leavesden di dekat London hingga lebih dari 50%, dengan menambahkan 10 panggung suara baru ke lokasi syuting "Barbie" dan "House of the Dragon.", 2 hari, #Saham AS
Selengkapnya

Pertumbuhan GDP Selip Dari Ekspektasi, Rupiah Melemah Lagi

Penulis

Badan Pusat Statistik (BPS) pagi ini (5/11) melaporkan laju pertumbuhan GDP Indonesia kuartal tiga 2015 lebih rendah dari ekspektasi meski lebih tinggi dibanding pencapaian periode sebelumnya. Di sisi lain, kurs Rupiah kembali melemah akibat terbukanya lagi kemungkinan kenaikan suku bunga AS.

Advertisement

iklan

Advertisement

iklan

Badan Pusat Statistik (BPS) pagi ini (5/11) melaporkan laju pertumbuhan GDP Indonesia kuartal tiga 2015 lebih rendah dari ekspektasi meski lebih tinggi dibanding pencapaian periode sebelumnya. Di sisi lain, kurs Rupiah kembali melemah akibat terbukanya lagi kemungkinan kenaikan suku bunga AS.

 

GDP Indonesia

Grafik Pertumbuhan GDP Indonesia (yoy) Kuartal I/2013 - Kuartal III/2015


Perekonomian Indonesia terekam melaju 4.73 persen (yoy) pada kuartal tiga 2015; lebih tinggi dari 4.67 persen pada kuartal dua, tetapi lebih rendah dari ekspektasi 4.85 persen yang sebelumnya disampaikan pemerintah. Pencapaian tersebut juga dibawah ekspektasi para analis yang disurvei Reuters yang mengharapkan kenaikan hingga 4.79 persen. Dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya (qoq), laju GDP pun hanya mencapai 3.21 persen, sedikit lebih rendah dari 3.33 persen yang diprediksi analis sebelumnya.

Pertumbuhan tertinggi di sisi produksi dialami bidang Jasa Keuangan dan Asuransi, disusul oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta sektor Konstruksi. Sementara itu, sisi pengeluaran didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi Pemerintah yang mengalami pertumbuhan 9.27 persen (qoq).

Beberapa faktor punya andil dalam lambatnya laju pertumbuhan ekonomi di laporan terkini tersebut. Diantaranya adalah rendahnya harga-harga komoditas global, lembahnya permintaan dari dalam dan luar negeri, tingginya bunga pinjaman, dan mandek-nya aliran investasi.

 

Rupiah Melemah Lagi

Sementara itu, kurs Rupiah terhadap Dolar AS kembali tertekan dalam perdagangan pagi walau kemarin sempat menguat hingga 13,400. Rekaman USD/IDR spot exchange rate di Bloomberg untuk perdagangan hari ini dibuka pada 13,589 dan sempat anjlok hingga 13,623. Pelemahan juga dialami oleh mata uang Asia lainnya, dengan Ringgit sempat mundur ke 4.3015 dan Dolar Singapura ke 1.4047.

Kondisi ini diantaranya dipengaruhi oleh pernyataan pimpinan bank sentral AS (Fed) tadi malam yang menegaskan bahwa kemungkinan pihaknya menaikkan suku bunga pada bulan Desember 2015 masih terbuka lebar. Sejak awal tahun ini, spekulasi tentang akan diambilnya kebijakan tersebut telah memancing investasi lari dari kawasan Asia dan negara-negara berkembang, sehingga mendepresiasi mata uang mereka. Indikasi penundaan yang muncul bulan lalu sejenak melonggarkan tekanan depresiasi tersebut dan investasi mulai mengalir masuk kembali, tetapi jika Fed sungguh menaikkan suku bunganya bulan depan, maka situasi akan berubah lagi.

 

 

Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.