PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

Yen Jepang Makin Garang: Mungkinkah Intervensi?

Nadia 11 May 2016
Dibaca Normal 5 Menit
forex > analisa >   #yen
Perbincangan soal apresiasi Yen terhadap Dolar AS semenjak awal tahun 2016 ini makin memanas di tengah pasar keuangan. Alih-alih menambah pelonggaran mengapa Jepang lebih memilih intervensi? Lantas mengapa tak segera mengeksekusi langkah tersebut? Apa yang dibutuhkan agar intervensi efektif?

Perbincangan soal apresiasi Yen terhadap Dolar AS semenjak awal tahun 2016 ini makin memanas di tengah pasar keuangan, terutama sejak mata uang Jepang tersebut sempat menyentuh level terendah sejak tahun 2014, pasca kebijakan moneter Bank Sentral Jepang akhir April 2016 lalu.

yen_jepang
USD/JPY sudah tumbang sekitar 13 persen sepanjang tahun ini berlangsung. Penguatan Yen makin menjadi-jadi karena BoJ, yang diprediksi luas akan segera menggelontorkan stimulus, ternyata tak melakukannya. Belum lagi keengganan intervensi yang sempat mereka tunjukkan sebelum putusan kebijakan BoJ tersebut.

Para investor pun dibuat gemas akan kebijakan moneter bank sentral Jepang yang ternyata di luar dugaan tersebut, hingga akhirnya mereka pun memburu Yen secara membabi buta dan mendorong pair Yen-Dollar terjun bebas ke level terdasar dalam hampir dua tahun. Menteri Keuangan AS bahkan memasukkan nama Jepang ke dalam daftar negara yang menjadi pengawasan mereka bersama dengan China, Korea, Taiwan, dan Jerman.

Dari sinilah para pejabat sektor keuangan Jepang mulai menunjukkan reaksi. Tak bisa dipungkiri, semua resah. Penguatan Yen - terutama yang gila-gilaan semacam yang terjadi belakangan ini - sejatinya adalah momok bagi Jepang yang sedang berupaya menggenjot sektor eskspor dan memerangi deflasi yang sudah melanda dalam lebih dari satu dekade.

Namun, para pejabat - dalam hal ini yang paling vokal adalah Menteri Keuangan Jepang - hanya menyatakan keprihatinannya akan penguatan Yen dan mewacanakan untuk siap intervensi.

Inilah yang menjadi tanda tanya besar. Alih-alih menambah pelonggaran mengapa Jepang lebih memilih intervensi? Lantas mengapa tak segera mengeksekusi langkah intervensi tersebut? Jikapun pada akhirnya terpaksa dilakukan, apa yang dibutuhkan agar intervensi efektif?

BoJ "Berteriak" Tapi "Tak Bertindak, Pasar Pun Gusar

Kathy Lien, analis senior di BK Asset Management, pada awal April lalu sempat memprediksi 4 alasan yang membuat pemerintah Jepang menahan diri dari intervensi. Pertama, mereka akan menunggu hasil pertemuan G7. Kedua, mereka menunggu stimulus fiskal baru. Ketiga mereka menunggu pasar untuk melakukan kapitulasi lebih dulu. Dan keempat, mereka menunggu tambahan stimulus moneter dari BoJ.

Keempat event yang dinantikan tersebut sudah lewat. Hasilnya? Yen masih duduk manis di level tingginya terhadap Dolar AS. Intervensi pun tak kunjung dilakukan. Kemunduran Yen hingga ke 109 dua hari lalu pun terasa tak sebanding dengan apa yang sudah diperolehnya.

usd_jpy
Goldman Sachs bahkan merilis catatan tentang Yen yang diberi judul: "Kehilangan Kesabaran". Analis Robin Brooks, sang penulis catatan tersebut dengan satir menuliskan bahwa BoJ nampaknya sedang tekun mengajarkan "kesabaran" pada para pelaku pasar.

Mereka (BoJ) menurunkan prakiraan inflasi namun lagi-lagi tak mengambil tindakan apa-apa. Menurut pandangan Goldman Sachs, apa yang dilakukan BoJ tersebut adalah suatu kesalahan kalkulasi yang fatal. Mengejutkan pasar terus menerus agar tak ada lagi pertanyaan tentang komitmen target inflasi bukanlah hal yang bijaksana.

Intervensi terhadap pasar mata uang - masih menurut analis Goldman Sachs - sesungguhnya adalah sebuah ide buruk. Menurut mereka, intervensi hanyalah sebuah pengingkaran dari aturan kebijakan moneter yang selama ini menjadi fokus Jepang, dan dapat berakibat menjerumuskan USD/JPY lebih hebat.

Satu-satunya cara mujarab untuk mengembalikan USD/JPY ke 120-an adalah dengan memperluas program pembelian aset dan menyingkirkan loan books dari neraca keuangan bank, tutup Goldman Sachs.

Intervensi BoJ Akan Efektif Jika ...

Taro Aso, Menteri Keuangan Jepang, sudah dua kali memberikan ancaman untuk melakukan intervensi dalam pekan yang diawali tanggal 9 Mei ini. Ia menyatakan akan melakukan upaya yang tegas dan mencegah yen maju lagi. Dampaknya? Ironis, hanya sebentar. Yen memang sempat diperdagangkan hingga harga 109 per Dolar AS namun kemudian atret lagi. Bagaimana bisa demikian?

tabel_usd_jpy
Langkah intervensi memang menuai kontroversi. Untuk itulah Jepang tak bisa melakukannya dengan 'grasa-grusu'. Alex Frangos dari Wall Street Journal, pada dasarnya menyiratkan pendapat yang senada dengan Goldman Sachs, bahwa intervensi yang dilakukan tanpa perhitungan matang akan menjadi bumerang bagi Jepang. Agar efektif, intervensi harus mendapatkan dukungan dan berkoordinasi dengan bank-bank sentral lainnya.

BoJ bisa saja melakukannya sendiri, lagipula sepanjang sejarah intervensi pun sudah pernah dilakukan oleh BoJ, namun efeknya bakal hanya sekejap. Federal Reserve pun tampak masih ogah-ogahan untuk membantu, dimana dinyatakan bahwa nilai yen saat ini belum terlalu parah karena "masih" 5 yen. (Baca: Resapi Wacana Intervensi, Reli USD/JPY Terus Berlanjut) Inilah yang membuat intervensi masih menjadi "jawboning" saja dari Taro Aso.

Yen Akan Melemah Jika...

Lantas apa yang harus dilakukan BoJ? Wall Street Journal mengamini Goldman Sachs: pelonggaran kebijakan BoJ tambahan dalam bentuk pembelian aset. (Suku bunga negatif Januari lalu tampaknya juga tak terlalu berpengaruh). Kebijakan BoJ April lalu merupakan "senjata makan tuan" meskipun Menteri Aso dan PM Abe masih punya senjata lain, yakni kebijakan fiskal.

Menurut Wall Street Journal, skenario terbaik bagi mereka yang bertaruh pada melemahnya yen dan saudara kembarnya, kenaikan pasar saham, adalah menganggap pernyataan ancaman intervensi Aso sebagai taktik "mengulur-ngulur" waktu saja. Pasar lebih disarankan untuk memperhatikan kebijakan pajak akhir Mei ini dan rapat kebijakan moneter BoJ berikutnya. Namun, bila intervensi adalah satu-satunya "lauk dalam piring" maka lupakan saja harapan akan pelemahan Yen.

Terkait Lainnya
Kategori Terkait
 
PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL) akan membagikan dividen senilai Rp2.5 miliar dari laba tahun buku 2023, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalami penurunan kinerja keuangan pada kuartal I/2024, pendapatannya berkurang 10.49% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -4.20%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) -2.90%, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) -2.60%, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.49% ke 7,120, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

USD/CAD: Area Support di level 1.3600 memegang kunci menjelang PDB kuartal pertama AS, 18 jam lalu, #Forex Teknikal

Schnabel, ECB: Bank sentral paling mengkhawatirkan upah dan jasa, 18 jam lalu, #Forex Fundamental

XAU/USD turun efek meredanya konflik timur tengah, 18 jam lalu, #Emas Fundamental

EUR/USD bergerak lebih tinggi karena data AS mengecewakan, 18 jam lalu, #Forex Fundamental

Pound Sterling bergerak lebih tinggi di tengah optimisnya prospek Inggris dan penurunan dolar As, 18 jam lalu, #Forex Fundamental

Pertumbuhan Ekonomi akan tetap kuat, meskipun melambat dari kuartal IV, 18 jam lalu, #Forex Fundamental

EUR/JPY terus naik di atas level 166.50 di tengah kondisi jenuh beli, 18 jam lalu, #Forex Teknikal

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan penjualan bersih sebesar Rp10.07 triliun, turun 4.95% YoY, 1 hari, #Saham Indonesia

Top losers LQ45 terdiri dari: PT Mitra Pack Tbk (PTMP) -10%, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) -2.16%, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) -1.77%, 1 hari, #Saham Indonesia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal perdagangan hari ini, turun 0.33% ke 7,151, 1 hari, #Saham Indonesia

PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR) mengungkapkan proyeksi pertumbuhan pendapatan sebesar 51% untuk tahun 2024, 1 hari, #Saham Indonesia



Kirim Komentar Baru