Dolar Australia terjun bebas hingga 1 persen di hari Rabu (28/10) ini setelah inflasi Australia dilaporkan lebih lemah dibandingkan dengan ekspektasi. Akibatnya, hal ini memicu kemungkinan bagi Bank Sentral Australia (RBA) untuk memotong suku bunga ketiga kalinya dalam tahun ini.
AUD/USD terjun dari 0.7191 ke 0.7119 setelah publikasi Indeks Harga Konsumen (CPI) Australia yang menunjukkan perlambatan 0.5 persen dalam kuartal ketiga tahun ini dari 0.7 persen dalam kuartal bulan Juni.
Begitupun dengan inflasi inti (core inflation), yang tidak memasukkan barang-barang dengan pergerakan harga yang ekstrim, juga dilaporkan berada di bawha ekspektasi. Hal ini menyebabkan tingkat pertumbuan tahunan Australia menjadi hanya 1.5 persen, dibandingkan dengan prediksi pertumbuhan 1.7 persen, dan tingkat pertumbuhan kuartalan Australia hanya mencapai 0.7 persen.
Apakah RBA Akan Potong Suku Bunga?
Peluang pemotongan suku bunga RBA untuk ketiga kalinya tahun ini menjadi 1.75 persen kian terbuka. Minggu depan, bank sentral tersebut akan menggelar pertemuan rutin. Namun, menurut survei para ekonom yang dihimpun oleh Sydney Morning Heralds, sebanyak 52 persen responden memperkirakan RBA akan mempertahankan suku bunga, sedangkan sisanya memperkirakan sebaliknya.
"Angka CPI Australia yang melemah secara mengejutkan di kuartal ketiga tahun ini sebelumnya sudah cukup kuat untuk menjadi alasan RBA melakukan pemotongan suku bunga dalam pertemuan Selasa depan," tutur Paul Dales, ekonom Capital Economics kepada Sydney Morning Heralds. Namun, ia menambahkan bahwa jikapun minggu depan suku bunga tidak dipotong, data inflasi konsumen ini membuka kemungkinan bahwa bank akan mengurangi suku bunga hingga 1.5 persen tahun depan.