Dolar AS masih beredar di level tinggi tiga pekan terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya pada Jumat (10/04) pagi ini sementara Euro yang malang masih memperpanjang penurunannya. Sedangkan Poundsterling pun tak bertenaga setelah dikecewakan oleh data perdagangan Inggris.
Euro anjlok sejauh $1.0637, mencapai level rendah yang terakhir terlihat pada tanggal 19 Maret. EUR/USD sebelumnya berada pada posisi 1.0665, mengalami penurunan lebih dari 3 persen dari puncak pada hari Senin di $1.1036.
"Cukup sulit untuk menghindari kesimpulan bahwa carry trade sedang mengambil bagian. Ditambah lagi catatan bahwa yield obligasi delapan tahunan masih berada dalam tertorial negatif, maka Euro akan menjadi sangat funding currency," tutur David de Garis, ekonom senior di NAB.
GBP/USD Tak Respon Kebijakan BOE
Di sisi lain, Sterling masih berkubang tepat di atas level tinggi tiga pekan melalui $1.4684, telah tergelincir lebih dari 1 persen setelah data menunjukkan defisit perdagangan Inggris melebar lebih dari ekspektasi. Data tersebut mengindikasikan, kuatnya laju perekonomian Inggris sedang sedikit mendingin.
Pada sore kemarin, Bank Sentral Inggris (BOE) pun tidak mengubah tingkat suku bunga dan kebijakan moenternya, bahkan tak memberikan komentar apapun pasca rapat kebijakan. Dan pada tanggal 7 Mei mendatang, rakyat Inggris akan menjalani Pemilihan Umum, dimana diperkirakan akan menjadi faktor yang membebani pasar.
Akibatnya, indeks Dolar AS kembali mendaki ke level 99.000 dan mengawasi level puncak 12 tahun di 100.390 yang tercapai pada bulan lalu. Indeks Dolar telah mengalami kenaikan 2.5 persen dalam pekan ini.