Setelah tergelincir akibat aksi profit-taking yang dipicu penguatan Dolar menjelang akhir pekan lalu, harga minyak kembali meluncur ke level rendah lama-nya pada perdagangan sesi Asia hari ini (13/6). Brent lagi-lagi diperjualbelikan di kisaran $50 per barel, sedangkan WTI sudah terjun lebih dalam hingga mencapai sekitar $48.39 saat berita ini diangkat. Laporan rig count Baker Hughes akhir pekan lalu disinyalir memicu aksi jual lebih lanjut.
Shale Kembali, Spekulan Mundur
Perusahaan jasa perminyakan Baker Hughes pada Jumat malam (Sabtu dini hari WIB) melaporkan bahwa jumlah sumur minyak AS (rig count) meningkat lagi sebanyak tiga dalam waktu sepekan yang berakhir tanggal 3 Juni. Dengan demikian, dikombinasikan dengan kenaikan yang terjadi di periode sebelumnya, rig count mencapai total 328.
Kabar tersebut langsung menjorokkan harga minyak WTI, terutama karena muncul hanya beberapa hari setelah lembaga pemerintah Energy Information Administration (EIA) mengabarkan adanya peningkatan produksi sebanyak 10,000 bph di Amerika Serikat. Kenaikan itu menghentikan penurunan pekanan yang telah berlangsung selama 4 bulan, sekaligus membawa total produksi minyak AS ke 8.745 juta bph.
Level produksi dan rig count AS sekarang masih jauh lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu pada 9.6 juta bph dan 445 sumur. Namun, situasi ini menunjukkan bahwa produsen-produsen minyak Shale perlahan kembali menjalankan aktivitasnya ketika harga telah meningkat lebih dari 90% dari level terendahnya. Pada gilirannya, kebangkitan ini mengancam keberlanjutan reli bullish minyak.
Salah satu manajer investasi yang beroperasi di AS, Mark Watkins, mengatakan pada Bloomberg, "Area $50-$60 per barel adalah titik manis (untuk memulai kembali produksi)... Kita akan mulai melihat produsen kembali pada $50, tetapi (lebih) banyak dari mereka akan datang ketika (harga mencapai) $60."
Meski demikian, pelaku pasar cenderung berhati-hati dan mengurangi taruhan bullish-nya pada komoditas minyak. Menurut Commitment of Traders CFTC yang merekam posisi-posisi spekulatif di pasar berjangka AS, posisi long netto pada minyak berkurang dari 347 ribu ke 325.2 ribu dalam waktu sepekan yang berakhir tanggal 7 Juni 2016.
Situasi Nigeria Dan Dolar Masih Dipantau
Menurut laporan Investing, partisipan di pasar energi masih terus memantau perkembangan kondisi di pusat-pusat minyak Nigeria Selatan yang dilanda serangan militan bersenjata sejak bulan lalu. Pada hari Jumat, Niger Delta Avengers (NDA) yang telah mengikrarkan akan menyetop semua produksi minyak di wilayah tersebut mengumumkan bahwa mereka telah merusak Obi Brass Pipeline yang dioperasikan oleh perusahaan minyak multinasional asal Italia, ENI.
Di sisi lain, indeks Dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekelompok mata uang lainnya masih terus meningkat sejak tanggal 8 Juni lalu dan pagi ini terpantau telah mencapai 94.720. Meski masih lebih rendah ketimbang posisinya pada Desember 2015, tetapi hal ini cukup mencemaskan pelaku pasar karena komoditas yang diperdagangkan dengan Dolar akan menjadi lebih mahal bagi pengguna mata uang lain ketika Dolar terapresiasi.