Seputarforex.com - Dolar AS tampil defensif di sesi Asia, Rabu (19/Jul) pagi ini terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya. Para investor bertaruh bahwa pengetatan kebijakan moneter AS akan diperlambat, sehubungan dengan tekanan inflasi dan kemelut politik AS. Sementara itu di Asia, optimisme akan membaiknya ekonomi China, berdampak pada menguatnya harga komoditas.
Mata uang AS masih beredar di dekat level rendah beberapa bulan, setelah dua orang anggota dari Partai Republik menunjukkan penolakan terhadap RUU Layanan Kesehatan yang diusulkan oleh Presiden Donald Trump. Kondisi ini membuat publik sangsi, apakah Trump dapat mewujudkan janjinya untuk mereformasi pajak dan menambah anggaran belanja infrastruktur AS.
Indeks Dolar, yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap mata uang-mata uang mayor, stabil di level 94.689 hari ini. Meski demikian, sepanjang tahun 2017 ini berlangsung, indeks Dolar sudah mencetak penurunan sebanyak 7 persen.
EUR/USD tampak melandai ke posisi 1.1537, setelah mencapai level tinggi 1.1583 kemarin, tertinggi sejak bulan Mei 2016. Sedangkan AUD/USD masih bertengger di level tinggi 0.79257, tersokong oleh mantapnya harga komoditas.
Di sisi lain, loss Dolar AS terhadap Yen sudah lebih terbatas karena Bank Sentral Jepang (BoJ) masih berkutat pada kampanye kebijakan stimulus masif dan berhenti mendongkrak imbal hasil obligasi. USD/JPY diperdagangkan pada kisaran 112.045, stabil setelah menurun dari level tinggi 112.730 yang tercapai Selasa kemarin.
Kegagalan RUU Healthcare Jadi Beban Baru Bagi Dolar
"Kegagalan RUU Layanan Kesehatan menambah tekanan baru bagi Dolar AS, yang sebelumnya juga sudah tertekan oleh testimoni Janet Yellen minggu lalu," kata Mitsuo Imaizumi, Ahli Forex dari Daiwa Securities yang dikutip oleh Reuters.
Ekspektasi bahwa The Fed akan lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga tahun ini, masih akan menjadi pemberat bagi bull Greenback.
Kemarin malam, data harga impor AS dilaporkan merosot untuk kedua kalinya pada bulan Juni, seiring dengan merosotnya biaya produk-produk petroleum. Hal ini menunjukkan, dorongan untuk kenaikan inflasi Amerika Serikat masih akan lunak untuk beberapa waktu ke depan.